TEMPO.CO, Jakarta - PT Net Visi Media Tbk atau Net TV sebentar lagi dalam rengkuhan PT MD Entertainment Tbk (FILM). Proses akuisisi oleh perusahaan milik Manoj Dhamoo Punjabi diperkirakan rampung pada Oktober 2024 ini.
Para analis memproyeksi akuisisi ini bisa memberikan angin segar bagi Net TV yang beberapa tahun terakhir mengalami kinerja keuangan yang negatif. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai kucuran dana Rp1,65 triliun dari perusahaan Manoj Punjabi lewat Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) bisa jadi katalis positif bagi Net TV.
“Guyuran dana segar ini bisa mengembalikan kepercayaan dari investor. Kita tahu laporan keuangan Net TV mengalami penurunan signifikan selama beberapa tahun terakhir,” kata Ibrahim kepada Tempo, Senin, 14 Oktober 2024.
Dalam keterangan resminya, per 30 April 2024, Net TV memiliki akumulasi kerugian dan defisiensi modal masing-masing sebesar Rp3.523.570.216.575 dan Rp596.585.361.858. Selain itu, perusahaan mengumumkan memiliki posisi total liabilitas lancar yang melampaui total aset lancarnya yakni sebesar Rp705.497.798.913.
Selain kucuran dana segar yang bisa memperbaiki kinerja keuangan perusahaan, Ibrahim berpendapat kemampuan MD Entertainment dalam memproduksi konten untuk televisi juga menjadi keuntungan tersendiri Net TV. Ia menilai warna dari rumah produksi milik Manoj Punjabi itu akan sedikit mengubah warna Net TV. Salah satunya lewat tayangan sinetron yang sejak lama menjadi andalan Manoj Punjabi.
“Bisa jadi Net TV akan menjadi wadah sinetron. Harus diingat masyarakat Indonesia itu senang dengan sinetron,” kata Ibrahim.
Di tengah proses akuisisi, Net TV juga sedang melakukan reverse stock atau langkah penggabungan saham untuk meningkatkan harga jualnya. Hal itu membuat harga saham emiten berkode NETV ini akan berubah, semula Rp100 per saham menjadi Rp200 per saham. Manajemen Net TV mengungkapkan langkah ini juga jadi upaya memperbaiki kinerja operasional dan keuangan perusahaan.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengungkapkan langkah reverse stock jadi upaya Net TV untuk menjaga status listing dalam perdagangan pasar modal. Pasalnya, ia menilai saham Net TV selama ini tidak terlalu likuid atau kurang menarik di perdagangan.
“Apalagi Net TV emiliki ekuitas yang negatif, sehingga tidak likuid,” kata Nafan kepada Tempo, Rabu, 9 Oktober 2024.
Nafan mengaku saat ini menempatkan saham Net TV dalam kategori not rated. Hal tersebut lantaran kinerja saham dan fundamental perusahaan yang ia rasa kurang baik.
Selain itu, ia menilai rencana reverse stock tidak selalu membuat saham emiten langsung tumbuh. Menurutnya, ada beberapa emiten yang masih tidak likuid meski sudah melakukan langkah tersebut. “Contohnya seperti FREN dan BEKS misalnya, itu tidak likuid dan berada di level 50,” ujarnya.
Sebagai informasi Fren merupakan kode untuk emiten Smartfren Telecom. Sementara BEKS adalah Bank Banten. Pada akhir perdagangan Kamis ini, saham Fren berada di level 26 sementara BEKS di level 30.
Pilihan Editor: Net TV Umumkan Pergantian Direksi dan Komisaris Baru, Manoj Punjabi Jadi Dirut