TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan saat ini India telah kembali membuka keran ekspor beras. Penjelasan ini merepons rencana Bulog harus memenuhi target impor beras sebanyak 1,2 juta ton pada akhir 2024.
"Kabarnya India sudah membuka ekspornya lagi," kata Bayu saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan pada Senin, 2 September 2024. Bayu tak menjawab apakah kuota 1,2 juta ton beras ini akan diimpor dari India.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas memastikan impor beras 1 juta ton dari India batal. Menurut Zulhas, impor beras batal karena India menyetop ekspor berasnya untuk mengamankan pasokan dalam negeri.
Harga pangan di negara tersebut, kata Zulhas, tengah melonjak dan mengakibatkan inflasi yang tinggi. India menyetop ekspor komoditas beras sejak Agustus 2023.
Sebelumnya, dalam diskusi beberapa hari lalu, di Jakarta, Bayu mengatakan, pemerintah menyetujui Bulog mengimpor 3,6 juta ton beras pada tahun ini. Hingga Juli 2024, impor beras sudah mencapai 2,4 juta ton. Sehingga masih ada 1,2 juta ton kuota beras impor yang belum terealisasi.
Baca juga:
Bulog saat ini tengah menyelesaikan kontrak impor beras sekitar 300.000 ton. Sehingga sisanya ada 900.000 ton lagi yang belum terkontrak dari total target 3,6 juta ton. Kepada Tempo, Bayu mengatakan untuk memenuhi kebutuhan beras di Indonesia, pemerintah melakukan impor beras dari Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.
Sebelumnya, sepanjang 2023, Indonesia mengimpor 3,06 juta ton beras atau meningkat 613,61 persen dibanding 2022 yang mencapai 429.210 ton. Dari total impor beras di 2023 tersebut, sebanyak 1,38 juta ton dari Thailand dan 1,14 juta ton dari Vietnam.
Analis kebijakan pangan Syaiful Bahari, mengatakan panen raya beras pada November 2024 diprediksi gagal karena adanya kekeringan parah di berbagai daerah di Indonesia. Kondisi itu akan berdampak pada impor beras dalam jumlah besar seperti 2023.
Menurut dia, sejak Agustus 2024, Indonesia sudah mengalami defisit gabah karena panen raya telah lewat. Stok beras di Indonesia terbantu saat ada panen raya Mei-Juni lalu. "Itu pun hasil panen tidak bisa mencukupi stok beras nasional," kata dia, melalui aplikasi perpesanan pada Senin, 2 September 2024.
Menurut dia, tidak ada pilihan lain, pemerintah harus menggenjot produksi beras jika tak menginginkan impor beras terus-menerus. Dia menilai, sejak 2022, pemerintah memang tidak serius memperbaiki tata kelola produksi. Pupuk sampai saat ini yang dijanjikan tidak terealisasi.
Bahkan bendungan-bendungan yang dibangun Presiden Joko Widodo atau Jokowi sampai sekarang belum bisa mengairi sawah-sawah petani. "Karena irigasi tersiernya tidak ada," tutur Syaiful. Upaya minimalis pemerintah melalui pompanisasi juga tidak berjalan maksimal. Untuk mencukupi kebutuhan beras, kata dia, pemerintah kerap menempuh jalan pintas, yakni impor.
Riani Sanusi Putri, berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan editor: Kronologi Indofarma Kolaps: Terjerat Pinjol, Tak Bisa Bayar Pegawai sampai Jual Aset