TEMPO.CO, Jakarta - Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan Institute for Essential Service Reform (IESR) Alvin Putra S, mengatakan masih sedikit yang menggunakan energi surya di Indonesia. Apalagi jika dibandingkan negara-negara tetangga, Indonesia jauh tertinggal bila dibandingkan Cina, misalnya, yang mendominasi pasar energi surya dunia dan disusul India.
“Indonesia harus menambahkan kapasitas energi terbarukan tiga kali lipat dari 2023-2030, artinya setiap tahun secara global perlu menambahkan 1.000 giga watt (GW) dari pembangkit energi terbarukan,” kata Alvin di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Agustus 2024.
Padahal, menurut dia, sebenarnya potensi energi surya di Tanah Air cukup besar. Dalam catatannya, Indonesia selama dua atau tiga tahun terakhir sudah menunjukkan progres yang signifikan, namun masih kalah dengan negara tetangga seperti Filipina, Thailand, bahkan Malaysia.
“Tahun 2021 sampai 2023 penambahannnya hampir 400 walaupun sepertiganya didorong oleh adanya PLTS Terapung Cirata itu 145 mega watt (MW),” ujarnya.
Kendati demikian, Alvin menuturkan perkembangan energi surya di Indonesia punya kendalanya sendiri karena modul lokal lebih mahal dari modul impor. Padahal, kata dia, berdasarkan draf Rancangan Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060 di tahun 2060 energi surya akan berperan sebesar 13 persen.
Artinya di 2030, kata dia, Indonesia membutuhkan 14 GW energi surya dan di tahun 2060 sebanyak 164 GW dengan hitungan untuk sampai ke 2030 membutuhkan penambahan 2 GW per tahunnya.
“Salah satu yang menjadi pendorongnya adalah modul lokal masih lebih mahal dibandingkan produk-produk impor. Solusinya membangun industri produksi wafer dan sel silika,” ujarnya.
Selain Cina dan India, Secara global, lonjakan pasar tenaga surya juga terjadi di Jerman dengan kapasitas fotovoltaik terpasang baru diperkirakan akan tumbuh dengan persentase dua digit pada 2024, menurut Asosiasi Tenaga Surya Jerman (BSW) dilansir dari Antara.
Asosiasi industri tersebut memperkirakan bahwa permintaan akan tetap tinggi setelah tahun 2024. Setiap perusahaan kedua (second company) dan lebih dari 60 persen pemilik properti pribadi di Jerman tertarik untuk berinvestasi dalam sistem tenaga surya, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset pasar YouGov atas nama BSW.
Pilihan Editor: Contoh Energi Terbarukan yang Menyimpan Cadangan Tak Terhingga