2018: Proyek menghadapi sejumlah kendala, dari pembebasan lahan hingga biaya. Muncul pembengkakan biaya karena ada rencana yang meleset.
2019: Pemerintah membentuk satuan tugas kereta cepat yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ada percepatan pembebasan lahan dan penyusunan trase proyek. Kontraktor membangun terowongan pertama di Walini.
2020: Pembangunan kereta cepat mencapai 65 persen. Proyek dihadang pandemi Covid-19. Biaya membengkak.
2021: Konsorsium perusahaan Indonesia menyelesaikan setoran modal dasar untuk KCIC. Kajian soal penumpang dan tarif terbit. Pembahasan pembengkakan biaya terus berjalan.
2022: Sebanyak 13 terowongan selesai. Kemajuan proyek mencapai 80 persen. Pembengkakan biaya mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp22,82 triliun (kurs Rp16.300 per dolar AS) menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
2023: Cina dan Indonesia menyepakati pembengkakan biaya US$1,2 miliar atau Rp19,56 triliun yang sebagian dipenuhi dari pinjaman.
2023: Oktober 2023, Kereta Cepat Jakarta-Bandung beroperasi untuk komersial perdana. Pernah diuji coba gratis untuk masyarakat.
2024: Hingga Juli 2024, jumlah penumpang belum menyundul target ideal 30 ribu orang per hari. Rata-rata volume penumpang hanya 9 ribu, tertinggi di kisaran 24 ribu penumpang per hari. Total penumpang saat ini mencapai 4,2 juta orang.
SUMBER: KAJIAN POLAR UI 2021, KCIC, MAJALAH TEMPO, ARSIP TEMPO (DIOLAH)
Pilihan Editor: Edisi Khusus 10 Tahun Jokowi: Seribu Jurus Selamatkan Rugi Kereta Cepat Whoosh