TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan defisit anggaran pada 2024 sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp 609,7 triliun. Artinya, defisit 2024 diperkirakan naik dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 337,3 triliun atau 1,61 persen dari PDB. Per semester I 2024 saja, defisit APBN dilaporkan sebesar Rp 77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB.
"Kami memproyeksikan APBN 2024 akan ditutup defisit dari keseimbangan primer mencapai Rp 110,8 triliun dan defisit total mencapai Rp 609,7 triliun. Ini artinya, terjadi kenaikan defisit dari 2,29 persen ke 2,7 persen dari PDB," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan alasan mengapa defisit APBN 2024 diperkirakan menyentuh 2,7 persen. Mulai dari faktor pendapatan negara hingga pengeluaran atau belanja negara yang tidak mencapai target APBN.
"Kenaikan defisit Rp 80,8 triliun adalah kombinasi dari pendapatan negara yang tidak mencapai target maupun kontraksi yang besar, terutama di semester I," kata dia.
Pendapatan negara 2024 diperkirakan akan mencapai Rp 2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 2.783,9 triliun. Kemudian, penerimaan pajak 2024 diperkirakan mencapai Rp 1.921,9 triliun, tumbuh 2,9 persen dibandingkan tahun lalu yakni Rp 1.867,9 triliun. Namun, di bawah target APBN yakni Rp 1.988,9 triliun.
Selanjutnya: Sementara itu, penerimaan kepabeanan dan cukai 2024 diperkirakan....