TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat berimbas pada naiknya harga sejumlah komoditas yang bersumber dari impor, serta menggerus cadangan devisa. Pelemahan mata uang rupiah akan berdampak pada harga komoditas minyak mentah, pupuk, hingga alat elektronik.
Pada akhir perdagangan pekan ini yakni Jumat, 14 Juni 2024, nilai tukar rupiah ditutup melemah tajam 142 poin menjadi Rp 16.412 per dolar AS. Pada perdagangan hari sebelumnya, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp 16.270.
"Pelemahan mata uang rupiah ini akan berdampak terhadap harga-harga komoditas. Salah satu adalah bahan komoditas impor seperti pupuk, alat elektronik, minyak mentah," kata Ibrahim, dikutip Sabtu, 15 Juni 2024.
Indonesia masih mengimpor minyak mentah sebanyak 200 ribu barel per hari. Jumlah impor ini, kata Ibrahim bisa saja berkurang karena kondisi yang terjadi. "Ini sudah terlihat dari BBM bersubsidi yang semakin sulit, baik Pertalite maupun Biosolar. Bahkan, saat ini di kota-kota besar pun juga sudah antre panjang," tuturnya.
Dia mengatakan, salah satu penyebab pelemahan tajam pada mata uang rupiah adalah perang dagang yang kembali bergulir, antara AS dengan Cina, kemudian Uni Eropa dengan Cina. Ibrahim menyebut, Uni Eropa dan Amerika memberikan bea impor untuk otomotif seperti mobil listrik dan aki listrik pada level yang begitu besar. Dengan demikian, Cina diperkirakan akan melawan dengan memperlakukan juga biaya impor terhadap produk-produk yang datang dari Uni Eropa dan AS.
"Perang dagang ini memanaskan situasi, di samping bank sentral AS pun juga hanya menurunkan suku bunga satu kali, yang kemungkinan besar terjadi Desember, bersamaan dengan Pilpres di Amerika yang begitu memanas," kata dia.
Ibrahim menjelaskan, kondisi di Tiongkok yang merupakan salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini membuat indeks dolar menguat. Selain itu, pelemahan rupiah bisa menggerus cadangan devisa RI "Pelemahan rupiah ini kemungkinan besar akan berdampak dengan cadangan devisa Indonesia yang kemungkinan akan tergerus di bulan ini," ujarnya.
Dia memproyeksikan mata uang rupiah masih akan terus melemah pada bulan ini. "Bisa saja di level Rp 16.450. Kalau seandainya tembus, kemungkinan di Rp 16.500."
Pilihan Editor: Rupiah Merosot Terendah Sejak Krismon 1998, Ada Apa?