TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia dan Cina sepakat membentuk tim ihwal penggarapan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan rencana proyek perpanjangan kereta cepat Jakarta-Bandung ini hal yang wajar.
Namun, ia meminta supaya pemerintah tidak lagi menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN dalam operasionalnya. "Yang penting tidak menggunakan APBN. Jangan seperti sekarang (kereta cepat Jakarta-Bandung), awalnya tidak menggunakan (APBN) ternyata dalam perjalanannya sama saja," katanya saat dihubungi, Selasa, 23 April 2024.
Ia mengungkapkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk membuat serta mengoperasikan kereta cepat Jakarta-Surabaya ini tidaklah sedikit. Karena itu, ia menegaskan agar pemerintah tidak menggunakan dana APBN sepeserpun.
"Silakan membangun, kalau itu dianggap layak dan nanti tinggal dihitung konsensinya untuk berapa tahun," ucapnya. Namun ia mengingatkan agar pemerintah tidak kembali memaksakan proyek kereta cepat ini apabila ujungnya Badan Usaha Milik Negara yang dibebani biaya melalui penyertaan modal negara.
Penggunaan APBN dalam penggarapan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, menurut dia, berdampak pada kondisi transportasi di tiap daerah yang belum merata. Kondisi transportasi yang buruk di daerah menyebabkan munculnya bisnis travel gelap di daerah-daerah.
Karena itu, Djoko menilai sebaiknya dana APBN digunakan untuk membangun transportasi daerah yang terpuruk, ketimbang memprioritaskan proyek kereta cepat ini. "Saya kritik habis-habisan kalau sampai pakai APBN lagi. Kita harus ada regulasi yang menolak itu," ucapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa tidak melihat urgensi yang begitu signifikan atas rencana proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya ini. Menurut Djoko, proyek kereta cepat perpanjangan dari Jakarta-Bandung ini keinginan pribadi dari Menko Luhut.
"Kalau saya lihat, ya, Pak Luhut aja punya urgensi. Pengin Indonesia itu hebat, padahal di luar Jawa itu terpuruk transportasinya," katanya.
Djoko juga berkomentar soal klaim Luhut yang menyebut kereta cepat Jakarta-Bandung sukses karena lonjakan penumpang. Menurut dia, banyaknya penumpang kereta cepat itu dikarenakan harga tiket yang murah serta jauh dari harga yang ideal.
"Tapi nanti kalau sudah di atas Rp 300 ribu, mungkin (penumpang) akan berkurang karena menggunakan moda lainnya," ujarnya. Lonjakan penumpang dengan tarif tiket di bawah harga ideal ini membuat bisnis kereta cepat Jakarta-Bandung sulit balik modal.
Pilihan Editor: Syarat IPK 3,5 Rekrutmen KAI untuk Manajemen Trainee, Gaji 25-35 Juta kalau Sudah Manajer