TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kematian ratusan sapi impor dari Australia tidak akan berdampak pada pasokan daging di Indonesia. "Enggak usah khawatir ketersediaan sapi hidup hari ini masih aman, Kepala Badan Pangan sudah mengecek," kata Arief di Gudang Bulog, Jakarta Utara pada Senin, 1 April 2024.
Sebelumnya, ratusan sapi yang diimpor dari Australia mati di kapal Brahman Express. Ratusan sapi yang mati dalam perjalanan itu diduga karena terserang wabah penyakit.
Arief mengatakan sudah melakukan komunikasi dengan importir. "Bahwa dari fessel yang kemarin sebenarnya yang mati sampai Lampung ada 6-8 kemudian lanjut ke Sumatera Utara mati 151," tuturnya.
Saat ini sudah dilakukan penghentian pengiriman sapi hidup dari Australia. "Seperti awal, tapi kami masih menunggu penyelidikan apakah itu dari pakan atau ternaknya, karena yang lain masih oke," ucapnya.
Saat ini sudah ada sapi yang masuk 36.000, untuk sapi-sapi yang hidup dilakukan karantina.
Direktur Utama Id Food, Frans Marganda Tambunan membantah sapi-sapi yang mati bukan pengiriman perusahaannya. Tapi milik swasta.
"Tapi itu bukan kapal kami ya yang mati itu. Dan itu bisa jadi karena kelelahan, kelamaan itu belum tentu wabah," kata Frans di Gudang Bulog.
Sapi yang tidak mati dilakukan karantina, jika terindikasi wabah maka menurutnya sapi itu akan diisolasi. "Itu punya orang yang impor sapi hidup bukan hanya kami," ujarnya.
Dia mengatakan isi sapi di kapal tersebut sekitar 16.000. Frans tidak menjelaskan secara detail sapi mati itu milik siapa, namun menurutnya akan dicek. Soal ketersediaan daging sapi, Frans memastikan tidak akan terjadi perubahan.
Pilihan Editor: Jasa Marga Beri Diskon Tol dari Jakarta hingga Semarang, Berapa yang Bisa Dihemat?