TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 8 poin ke level Rp 15.597 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan, Jumat, 23 Februari 2024.
Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan komentar Bank Sentral AS alias The Fed yang hawkish dan data tenaga kerja yang kuat semakin melemahkan taruhan awal penurunan suku bunga.
“Gubernur Fed, Christopher Waller, mengatakan pada Kamis malam bahwa dia memerlukan lebih banyak bukti bahwa inflasi sedang mendingin, sebelum bank sentral mempertimbangkan penurunan suku bunga,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, Jumat.
Menurut dia, prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit. “Gagasan ini membuat sebagian besar mata uang regional diperdagangkan lebih rendah pada minggu ini,” tuturnya.
Adapun alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Mei dan Juni 2024.
Sementara dari sentimen dalam negeri, Ibrahim menyoroti Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus sebesar US$ 8,6 miliar pada kuartal IV 2023. Surplus pada periode tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan kinerja kuartal sebelumnya yang mencatat defisit US$ 1,5 miliar, sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga mencatat perbaikan signifikan, dari defisit US$ 0,1 miliar pada kuartal III 2023 menjadi surplus US $9,8 miliar pada kuartal IV 2023.
Untuk perdagangan pekan depan, Senin, 26 Februari 2024, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di level Rp 15.580 hingga Rp 15.650 per dolar AS.
Pilihan Editor: Rupiah Ditutup Menguat, Analis: Didorong Penahanan Suku Bunga The Fed