TEMPO.CO, Jakarta -Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong, menyebut, peluang putaran kedua pada Pilpres 2024 masih terbuka lebar. Ia meminta kepada pendukung AMIN untuk mengawal suara dan melaporkan kecurangan yang terjadi.
"Pemilih, pendukung dan simpatisan. Saya imbau kita semua tetap semangat. Kemungkinan terjadi putaran kedua masih terbuka lebar. Setelah tabulasi volume pelanggaran, penyimpangan melampaui margin kemenangan yang diklaim kubu tertentu, itu bisa terjadi putaran kedua," kata Tom dalam akun media sosial X @tomlembong, yang dikutip pada Senin, 19 Februari 2024.
Menurut Tom, setiap suara penting untuk dijaga karena semua warga sama di hadapan hukum. Ia mengajak pendukung AMIN untuk mengawal suara mulai dari TPS hingga tingkat kabupaten/kota.
"Tiap suara penting. Tiap suara harus dikawal. Maka dalam sebuah budaya bermartabat ada istilah nobody left behind. Mari kita kawal dan jaga tiap suara. Tiap suara itu penting," kata Tom.
Tom mengatakan, Pemilu dilakukan bukan hanya untuk kepentingan partai politik maupun peserta Pemilu saja, namun untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia yang ingin menjaga demokrasi. "Jadi teman-teman kita di Satgas Saksi yang bekerja sama erat, saya titipkan nasib kita semua. Tetap kerja keras. Karena ini nasib demokrasi bangsa. Jadi jaga semangat," ucap dia.
Sebagai informasi, data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Senin, 19 Februari 2024, mencatat progres surat suara Pilpres 2024, yang masuk sudah mencapai 581.282 TPS atau 70,61 persen dari total 823.236 TPS. Menurut data tersebut, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meraih 54.760.818 suara atau 58,32 persen dari total suara.
Disusul pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang memperoleh 24,35 persen suara dan pasangan nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud Md meraih 17,33 persen suara.
Kritik Tom Lembong Soal Hilirisasi
Tom Lembong menjadi sorotan publik karena kritiknya pada hilirisasi yang dijalankan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut Tom, ada tiga masalah utama dari hilirisasi yang dijalankan pemerintah saat ini.
Pertama, Tom menyebut hilirisasi industri yang dijalankan saat ini tidak berorientasi pada pasar. "Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi, karena semua baterai mobil listrik pakai nikel," kata Tom dalam acara Diskusi Publik di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.
Padahal, menurut Tom, industri bakal mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil. Ia memberi contoh produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk, yang beralih menggunakan baterai lithium ferro phosphate (LFP).
Masalah kedua, Tom mengatakan, program hilirisasi Jokowi terlalu fokus dan terobsesi pada nikel, baterai, dan kendaraan listrik. Padahal, perlu kebijakan yang lebih luas ke sektor lain. Apalagi industri nikel, baterai, dan mobil listrik termasuk industri padat modal, bukan padat karya.
Masalah ketiga, lanjut Tom, dampak lingkungan. Dia berujar, standar lingkungan hidup di sektor pertambangan maupun smelter jauh dari yang diperlukan. Ia menyoroti kebutuhan tanah yang besar untuk menggali nikel dan dampaknya.
YOHANES MAHARSO | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis, Gibran: Saya Belum Dilantik Sudah Pada Ribut