TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengkritisi target pertumbuhan ekonomi kandidat Pemilihan Presiden 2024 yang terlalu tinggi . "Angka yang disodorkan para Capres overshoot atau terlalu optimistis," katanya ketika dihubungi Tempo pada Kamis, 1 Februari 2024.
Angka pertumbuhan ekonomi memang menjadi salah satu bagian dari visi-misi Calon Presiden dan Wakil Presiden RI. Visi dan misi digaungkan untuk menggaet suara pemilih dalam pemungutan suara 14 Februari mendatang. Setiap pasangan calon (Paslon) telah menggodok besaran target mereka masing-masing.
Pasangan nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar memasang target pertumbuhan ekonomi di angka 5,5 sampai 6,5 persen. Duet Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di nomor urut tiga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 persen.
Sementara itu, Paslon nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka punya target pertumbuhan ekonomi 6 sampai 7 persen. Namun, pada Kamis, 31 Januari kemarin, Prabowo menyebut bahwa dia bisa membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai ke angka 8 persen.
Bila melihat data milik Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga 2023 tercatat sebesar 4,94 persen.
Menurut Bhima, kondisi ekonomi global tengah mengalami tekanan, sehingga target pertumbuhan yang terlalu tinggi menjadi berlebihan. Bahkan, kata dia, 3 tahun ke depan mitra ekonomi penting Indonesia yakni China diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah.
Alasan kedua perihal bonanza atau sumber keuntungan komoditas yang sulit diperkirakan. "Artinya dengan struktur ekonomi yang masih bergantung pada olahan primer, berharap harga produk ekspor unggulan naik di tingkat internasional, sangat sulit," ucap ekonom tersebut.
Ketiga, persoalan deindustrialisasi dini yang jadi pekerjaan rumah (PR) utama bagi para capres. Pasalnya, kata Bhima, industri merupakan fondasi pertumbuhan yang lebih tinggi. Namun, ia menyayangkan bahwa porsi industri masih jauh dari ideal, tidak sampai 30 persen.
Ia juga khawatir dengan gembar-gembor program Capres-Cawapres yang membutuhkan dana cukup besar. Hal tersebut akan menyebabkan indonesia menerbitkan utang dalam jumlah besar. Akibatnya, terjadi perebutan likuiditas di pasar keuangan dan akan mengganggu penyaluran kredit ke sektor riil yang diperlukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Bhima menyoroti rencana program ketiga kandidat misalnya pembangunan 40 kota setara Jakarta oleh Paslon nomor urut satu, makan siang dan susu gratis yang dijanjikan Paslon nomor urut dua, dan kuota internet gratis oleh Paslon nomor urut tiga. "Jadi, banyak program populis yang bebani anggaran."
Pilihan Editor: Ganjar Janji Jadikan Sulut Pintu Keluar-Masuk Ekspor Impor dari Utara RI: Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru