TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon presiden-calon wakil presiden (Capres-cawapres) nomor urut 1 Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Amin) bakal melanjutkan kebijakan hilirisasi sumber daya alam. Dewan Pakar Timnas Amin, Wijayanto Samirin, menyebut hilirisasi dilanjutkan dengan mendorongnya menuju industrialisasi.
"Hilirisasi dilanjutkan tapi dengan perbaikan-perbaikan, terutama komponen ESG (environmental, social, governance)," kata Wijayanto dalam diskusi 'Dilema Hilirisasi Tambang: Dibatasi atau Diperluas?' yang disiarkan langsung di kanal YouTube Katadata Indonesia, Kamis, 25 Januari 2024.
Menyoal nikel yang hilirisasinya sudah berjalan, Wijayanto mengatakan perbaikan menjadi penting karena nikel adalah front runner atau pelari terdepan di hilirisasi. Ia mengatakan, hilirisasi komoditas ini mesti diperbaikin platform dan formatnya. Dengan begitu, bisa menjadi pembelajaran dan contoh untuk hilirisasi sektor tambang lainnya.
"Kalau ini (hilirisasi nikel) nggak benar, bisa berabe kita," ucap dia.
Perbaikan ESG, kata dia, dilakukan dengan memastikan bahwa industri nikel, termasuk smelter, memiliki kesadaran terhadap lingkungan. Menurutnya, pemerintah mesti lebih bijak dalam memperhitungkan dampak lingkungan akibat hilirisasi nikel.
Kemudian, dari aspek sosial, ia mengatakan perbaikan masalah ketenagakerjaan bakal menjadi prioritas. Apalagi selama ini banyak perdebatan, seperti serapan tenaga kerja, level tenaga kerja yang diserap, perkara upah, hingga masalah tenaga kerja asing (TKA).
Lebih lanjut soal governance, ia menyoroti capaian foreign direct investment atau investasi dari pihak asing. Menurutnya, pemerintah selalu senang dengan nilai investasi besar karena target bisa terpenuhi. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan dari ini, yaitu perkara mark up.
"Kalau investasinya besar tapi ternyata mark up, bagaimana? Apakah ada proses audit untuk itu," kata dia.