TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjawab pertanyaan mengapa harga beras masih tinggi, meskipun sudah impor.
"Sehingga kalau ada orang yang bertanya 'udah impor masih tinggi?', nah ini karena kita jaga harga di tingkat petani," ucap Arief dalam rekaman suara yang diterima Tempo pada Ahad, 21 Januari 2024.
Arief menuturkan, hal tersebut sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga harg di tingkat petani. Dia menyebut, harga gabah di tingkat petani saat ini berada di atas Rp 7.000 per kilogram.
"Artinya importasi yang dilakukan, 3 juta ton pada 2023, itu importasi yang terukur," kata Arief.
Dia menegaskan, impor beras tidak boleh menjatuhkan harga di tingkat petani pada zaman dulu. Arief mencontohkan, harga gabah dulu bahkan bisa Rp 3.000 per kilogram.
"Ini yang kita jaga sehingga nilai tukar petani sangat baik angkanya di 114 persen. Beberapa tahun lalu 95 persen, 95,2 persen," ujar Arief.
Sebelumnya usai rapat terbatas dengan Jokowi pada 18 Januari lalu, Arief mengatakan ada defisit persediaan beras nasional sekitar 2,8 juta ton. Ini akibat dari El Nino pada Januari hingga Februari 2024.
Oleh sebab itu, pemerintah akan memenuhi defisit persediaan beras tersebut lewat impor. Adapun gap sekitar 2,8 juta ton beras itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
BPS menghitung angka kebutuhan beras rata-rata nasional sekitar 2,5 hingga 2,6 juta ton per bulan, dengan kemampuan produksi di awal Januari yang kurang dari 1 juta ton karena El Nino.
Arief menyebut, Jokowi M telah menyetujui impor sekitar total 2 juta ton beras dari Vietnam dan Thailand. Selain itu, Bapanas juga akan menindaklanjuti hasil lobi Jokowi kepada sejumlah kepala negara terkait tambahan impor beras.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Harga Beras Masih Tinggi, Pedagang Sulit Dapat Beras Medium