"Tidak hanya dilepas, kami kasih bantuan, enggak. Nanti akan tetap terus didampingi. Kemudian, dilihat apakah mungkin setiap tahun yang kita lihat dampaknya sudah ada perkembangan dari peningkatan kapasitas masyarakat,"
Ana merinci bahwa kampung nelayan modern atau Kalamo melibatkan 177 rumah tangga perikanan (nelayan) dari total 207 kartu keluarga (KK) di Desa Samber dan Binyeri. Lalu, dengan kontribusi penjualan sekitar 800-1.000 kilogram ikan per hari di Pasar Fandoi serta pendapatan usaha perikanan rata-rata Rp 3 juta per bulan.
Sebelumnya, Sekretaris Ditjen Perikanan Tangkap Trian Yunanda juga menuturkan, dalam rangka implementasi program Kalamo di Desa Samber dan Binyeri, KKP telah melibatkan berbagai strategi. Infrastruktur dan fasilitas usaha telah dibangun untuk mendukung kegiatan perikanan, sarana penangkapan ikan disalurkan untuk memastikan nelayan memiliki alat yang memadai.
Selain itu, pembentukan koperasi produsen perikanan menjadi salah satu langkah penting untuk memperkuat daya saing dan keberlanjutan usaha. Kegiatan pelatihan dan pendampingan usaha melalui social engineering juga menjadi fokus utama dalam implementasi Kalamo. Hal ini bertujuan agar seluruh fasilitas yang telah dibangun dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat.
KKP berharap, melalui Kalamo, Desa Samber dan Binyeri dapat menjadi model inspiratif bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi perikanan yang besar. Program ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor perikanan.
Pilihan Editor: Angkutan Barang Dibatasi selama Arus Mudik Liburan Natal dan Tahun Baru, Cek Aturan Lengkapnya