TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Pembiayaan dan Investasi Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Agung Wicaksono mengatakan saat ini sudah banyak investor dari berbagai negara yang tertarik berinvestasi di ibu kota baru di Kalimantan Timur. Namun, investor asing yang secara mandiri berinvestasi memang belum ada. Artinya para investor asing masih menggandeng investor domestik dalam menanamkan modalnya.
Agung lalu mengungkap alasan mengapa belum ada investor asing yang secara mandiri berinvestasi di IKN tersebut. “Ada dua alasan,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 20 November 2023.
Pertama, karena Otorita IKN lebih mengutamakan investor asing untuk bermitra dengan investor domestik. Kedua, investor dalam berinvestasi di IKN melakukan tahapan review dan prioritisasi.
Sedikitnya ada delapan tahap proses yang dilalui investor dalam berinvestasi di IKN. Pertama, penyerahan letter of intent (LoI). Kedua, tinjauan dan penilaian sektor skala prioritas. Ketiga, one on one meeting. Keempat, penyerahan surat konfirmasi.
Kelima, pemberian surat tanggapan dari Otorita IKN kepada investor. Keenam penandatanganan perjanjian kerahasiaan dan permohonan data non disclosure agreement (NDA) dan data request. Ketujuh, studi kelayakan. Kedelapan, pencapaian kesepatakan.
Biasanya, Agung berujar, investor asing perlu menyesuaikan proses berinvestasinya, berbeda dengan investor domestik yang sudah terbiasa dengan iklim investasi di Indonesia. Bahkan, ia mengklaim, investor domestik ini cenderung lebih cepat mengambil keputusan, termasuk melakukan perhitungan profit atau risikonya.
“Saya rasa asing bukan berarti belum masuk. Tapi kita bisa lihat tadi, selain yang bermitra yang sudah jalan sampai fase uji kelayakan juga bisa sudah cukup banyak yang benderanya dari asing,” ucap Agung.
Agung lalu membeberkan investor domestik yang berinventasi, bekerja sama juga dengan investor asing. Dia mencontohkan pada proyek Hotel Nusantara, yang ternyata juga bekerja sama dengan investor asing Swiss Hotel di mana grupnya bernama Accor Group dari Swiss.
“Kemudian PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), sudah jelas ada FIFA di sana,” ujar dia.
Selain itu, Rumah Sakit Mayapada juga tenyata memiliki mitra investor asing yakni Apollo Hospital dari India—salah satu jaringan rumah sakit terbesar dan berstandar tinggi di India. Sementara di sektor pendidikan, pembangunan Nusantara Intercultural School yang didirikan oleh Jakarta International School juga investornya asing yakni berasal dari Amerika Serikat.
“Barusan dalam salah satu meeting dengan potential investor di Amerika mereka tanya, 'JIS sudah masuk belum?' Ternyata mereka sangat paham karena didorong investor Amerika,” ucap Agung.
Lainnya, Pukuwon Grup yang akan membangun hotel, mal, dan apartemen juga bekerja sama dengan Marriot Internasional, merek hotel dari Amerika. Nantinya ada tiga hotel yang akan dibangun. “Ini jelas sekali asing juga berperan.”
Kemudian, PT Perusahaan Listri Negara (Persero) atau PT PLN yang akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai energi hijau di IKN juga bekerja sama dengan investor asing. Investor tersebut Sembcorp yang berasal dari Singapura.
Jadi, Agung berujar, PT PLN melalui anak usahanya Nusantara Power bekerja sama dengan Saembcorb membentuk sebuah join ventura membangun PLTS berkapasitas 50 megawatt. “Jadi nyata investasi di IKN dibarengi dengan investor asing,” kata Agung.
Pilihan Editor: Realisasi Investasi di IKN Mencapai Rp 35 Triliun, Otorita: Next Groundbreaking Ditargetkan Rp 10 Triliun Lagi