TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyoroti potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat aksi boikot produk pro Israel atau merek yang terafiliasi dengan negara tersebut.
Tauhid mengatakan PHK akibat aksi boikot kemungkinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. "Saya kira kalau jangka pendek ini belum, tapi kalau misalnya masih kejadian ini cukup lama katakanlah lebih dari dua bulan atau tiga bulan kemungkinan mereka akan melakukan efisiensi," kata dia dalam keterangannya yang dikutip pada Kamis, 16 November 2023.
Meski demikian ia menilai perusahaan global yang produknya diboikot memiliki resistensi untuk mengatasi hambatan. "Tapi perusahan global biasanya akan sulit, relatif mereka punya daya tahan secara finansial," ujar dia.
Hal itu berbeda dengan perusahaan-perusahaan kecil. Menurutnya, jika perusahaan kecil dalam tiga bulan tidak ada pemasukan, maka perusahaan kemungkinan akan mengurangi karyawan.
"Kalau perusahaan global, finansial mereka kuat. Apa indikatornya? Pandemi itu berapa lama, dua tahun, mereka enggak PHK," kata dia.
Menurutnya, pandemi memiliki dampak yang lebih besar dari aksi boikot ini. "Perusahaan global tahu kuncinya di karyawan. Kalau karyawan kemudian demo karena ini, saya rasa enggak. Pandemi itu lebih berat. Memang terjadi pengurangan, tapi mereka masih survive sampai hari ini," ucap dia.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan fatwa terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Komisi Fatwa MUI merekomendasikan umat Islam untuk menghindari transaksi produk yang terafiliasi Israel atau mendukung agresi Israel di Palestina.
Umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafilitasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme,” kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh, dikutip lewat keterangan resmi pada Sabtu, 11 November 2023.
YOHANES MAHARSO | RIANI SANUSI
Pilihan Editor: Ramai Seruan Boikot Produk Israel, Aprindo: Penjualan Ritel Bisa Terdampak