TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan potensi pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) masih terbuka dalam perdagangan hari ini, Senin, 13 Oktober 2023.
“(Pelemahan) ini karena pelaku pasar mungkin masih mengantisipasi pernyataan beberapa pejabat bank sentral AS pekan lalu,” ujar Ariston ketika dihubungi oleh Tempo, Senin, 13 November 2023.
Faktor ini, kata Ariston, termasuk penyataan Jerome Powell yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS untuk menurunkan tingkat inflasi AS yang sampai saat ini belum turun ke level target 2 persen.
“Selain itu, beberapa sentimen eksternal juga masih berpotensi mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan menekan rupiah,” tuturnya.
Faktor tersebut, seperti konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung hingga saat ini, dan isu pelambatan ekonomi China. “Aktivitas ekspor China Oktober menunjukkan penurunan melebihi konsensus pasar pada pekan lalu,” ujar pengamat itu.
Dia juga mengatakan bahwa China melaporkan terjadi deflasi yang bisa diartikan sebagai penurunan permintaan dan pelambatan ekonomi di China.
Sementara di sisi lain, pengamat pasar uang ini mengatakan downgrade outlook utang AS oleh Moody’s bisa saja memberikan sentimen negatif untuk dolar AS. “Mungkin ini bisa menahan penguatan dolar AS hari ini,” ucapnya.
Dengan demikian, Ariston memprediksi rupiah hari ini berpotensi ke arah Rp 15.730 per dolar AS, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 15.630 per dolar AS.
Pilihan Editor: Kian Meroket, Harga Cabai Rawit Merah Kini Tembus Rp 200.000 per Kilogram