BI turut mempertimbangkan kebijakan moneter Amerika Serikat yang diperkirakan masih bertahan dengan suku bunga yang tinggi hingga semester pertama 2024.
“Ini penting, bagaimana situasi defisit fiskal mereka yang membengkak akan membutuhkan bond yang lebih banyak dan pada gilirannya meningkatkan imbal hasil dari dolar AS, sehingga divergensi makin melebar,” kata Firman.
Sejumlah kondisi tersebut diperkirakan akan memicu risk appetite dari para investor, sehingga mereka mengalihkan portofolio. Kekhawatiran lain yang muncul adalah kurs dolar AS menguat secara global, sehingga negara-negara berkembang makin mengalami tekanan depresiasi yang besar.
“Gambaran global ini menjadi perhatian kami, karena akan mempengaruhi bagaimana ketahanan sektor eksternal kita. Kami mengambil langkah pencegahan agar kondisinya tidak semakin berlanjut dan melebar, sehingga bisa tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pada 2023 dan tetap solid pada 2024,” ujar Firman pula.
Pilihan editor: Suku Bunga Naik Jadi 6 Persen, Cicilan KPR Kapan Ikutan Naik?