TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, memprediksi rupiah masih berpotensi melemah pada pekan ini.
“Secara keseluruhan, pekan ini, potensi pelemahan rupiah masih terbuka, demikian pula peluang ke Rp 16.000 per dolar AS,” ujar Ariston ketika dihubungi oleh Tempo, Selasa, 24 Oktober 2023.
Menurut Ariston, pasar masih memperhatikan perkembangan di Timur Tengah dan data-data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis untuk mengonfirmasi ekspektasi suku bunga tinggi Amerika Serikat.
Pada perdagangan kemarin, dolar AS terkoreksi terhadap major currency. “Indeks dolar pagi ini berada di 105.60 dari sebelumnya di atas 106, seiring dengan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang sedikit menurun,” ujarnya.
Pada pagi ini pula, yield obligasi tenor 10 tahun bergerak di sekitar 4,86 persen, di mana sebelumnya berada di sekitar 4,99 persen. “Serangan darat Israel yang ditunda mungkin membantu menurunkan kekhawatiran pasar,” tuturnya.
Namun demikian, Ariston menilai sentimen kelihatan masih negatif untuk aset berisiko pagi ini. “Pasar masih memperhatikan perkembangan di Timur Tengah. Sebagian indeks saham Asia masih bergerak negatif seperti Nikkei, Hangseng, Kospi,” tuturnya.
Adapun nilai tukar rupiah ditutup melemah 61 poin ke level Rp 15.933 per dolar AS pada perdagangan kemarin, Senin, 23 Oktober 2023. Sementara pada perdagangan hari ini, kata Ariston, rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS ke arah Rp 15.950 dengan potensi penguatan di sekitar Rp 15.900 per dolar AS.
Pilihan Editor: Sri Mulyani Waspadai Dampak Memanasnya Timur Tengah ke Subsidi BBM: Instrumen Segera Dirumuskan