TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah masih mewaspadai perkembangan terkini di Timur Tengah untuk melihat apakah melemahnya rupiah akan berdampak pada membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (subsidi BBM).
Sri Mulyani menyebut ini saat ditanya apakah melemahnya rupiah berdampak pada asumsi makro anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), khususnya pembengkakan pada BBM.
“Kita lihat perkembangan, karena Timur Tengah konsentrasi produksi minyak,” kata Sri Mulyani saat ditemui di Istana Merdeka pada Senin, 23 Oktober 2023.
Harga minyak melemah pada Jumat, setelah kelompok militan Hamas membebaskan dua sandera Amerika Serikat dari Gaza, sehingga menimbulkan harapan bahwa krisis Israel-Palestina dapat mereda tanpa melanda wilayah Timur Tengah lainnya dan mengganggu pasokan minyak.
Menurut laporan Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 22 sen atau 0,2 persen, menjadi US$ 92,16 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman November, yang kedaluarsa setelah penyelesaian pada hari Jumat, turun 62 sen atau 0,7 persen menjadi US$ 88,75 per barel. Kontrak WTI bulan Desember yang lebih aktif ditutup lebih rendah 29 sen pada US$ 88,08 per barel.
Rupiah ditutup melemah 61 poin menjadi Rp 15.933 per dolar AS dalam perdagangan Senin, 23 Oktober 2023. Mata uang negara ini juga sempat melemah 85 poin ke level Rp 15.889 per dolar AS.
Selanjutnya: "Untuk perdagangan besok, rupiah kemungkinan...."