TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS telah mengoreksi data surplus jagung tahun ini. Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS tentang luas panen dan produksi jagung, luas panen jagung diperkirakan sebesar 2,49 juta hektar. Angka tersebut turun 0,28 juta hektar atau 10,03 persen dibandingkan luas panen tahun sebelumnya.
Sementara itu, untuk produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 14,46 juta ton. Hal ini pun berarti adanya penurunan sebanyak 2,07 juta ton atau 12,50 persen dibandingkan tahun lalu.
“Dengan adanya koreksi data tersebut, ini menjadi momentum yang baik bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan kinerjanya," kata Plt Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, 19 Oktober 2023.
Seperti diketahui, sebelumnya Kementerian Pertanian mengklaim Indonesia mengalami surplus produksi jagung 5-6 juta ton. Klaim tersebut dipertanyakan banyak pihak, termasuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Kementerian Dalam Negeri.
Arief pun mengatakan akan meminta Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengkaji ulang data tersebut. Menurutnya, data yang dimiliki Kementan itu perlu dikoreksi sesuai Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik. "Tiga bulan terakhir memang negatif, walaupun ada surplus dari sebelumnya tapi tidak sebesar itu," ujar Arief.
Ia juga mengaku diminta oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk membangun sinergi hulu hilir di sektor perunggasan terus diupayakan pemerintah. Menurutnya, hal ini mendesak dilakukan mengingat tantangan di sektor ini berkaitan dengan produksi dan stabilitas harga jagung pakan sebagai komponen penting dalam rantai produksi.
Prognosa neraca jagung nasional