Lebih lanjut, Manajer Program Transformasi Energi IESR Deon Arinaldo mengatakan berdasarkan kajian Deep Decarbonization IESR pada 2030, kapasitas energi terbarukan perlu mencapai 138 GW yang didominasi PLTS.
Di sisi lain, menurut Deon, CIna menguasai sekitar 90 persen kapasitas manufaktur panel surya global dan setengah dari kapasitas manufaktur turbin angin global. Oleh karena itu, potensi pasar energi terbarukan yang masif di Indonesia dapat dipenuhi oleh perusahaan Cina.
Di saat yang sama, ujar Deon, juga perlu terjadi pembangunan kapasitas manufaktur energi terbarukan serta transfer teknologi ke Indonesia.
"Kerja sama bilateral kedua negara dapat memfasilitasi dan mengakselerasi terwujudnya hal tersebut,”kata Deon.
Deon melanjutkan, Cina sudah aktif berinvestasi di sektor energi, industri dan infrastruktur di Indonesia. Menurutnya, hal itu menjadi peluang bagi Indonesia-Cina untuk memperkuat kerja sama dengan mengalihkan rencana investasi, sehingga ada perubahan investasi yang saat ini berpusat pada dukungan terhadap energi fosil menjadi pembangunan industri energi terbarukan.
Pilihan Editor: China Development Bank Bakal Danai PLN untuk Akselerasi Transisi Energi