TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator atau Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi perihal penguatan nilai tukar rupiah baru-baru ini. Menurut dia, ini adalah dampak dari penguatan dolar AS.
"Jadi kita tenang-tenang aja," kata Airlangga saat ditemui usai HSBC Summit 2023 di Jakarta Pusat pada Rabu, 11 Oktober. "Yang penting kita menjaga fundamental ekonomi kita dengan baik."
Lebih lanjut, dia menuturkan isu penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terjadi ke berbagai mata uang atau currency. "Termasuk Jepang," tutur Airlangga.
Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi tercatat menguat sebesar 0,09 persen atau 14 poin. Kurs rupiah berada di level 15.725 per dolar AS, atau menguat dari sebelumnya Rp 15.739 per dolar AS.
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar AS yang terkoreksi menjelang risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu malam.
“Dolar AS terkoreksi setelah pernyataan dovish akan suku bunga dari dua pejabat The Fed Raphael Bostic dan Neel Kashkari bahwa The Fed tidak perlu kembali menaikkan suku bunga,” ujar Lukman.
Lebih lanjut, dia menuturkan Bostic khawatir akan perang Palestina melawan Israel. Sedangkan Kashkari menyinggung imbal hasil obligasi AS yang sudah tinggi akan menurunkan inflasi.
“Efek dari perang bisa memicu investor ke risk off dan memborong obligasi AS dan akan menyebabkan imbal hasil obligasi turun dan ekspektasi suku bunga secara keseluruhan," kata Lukman.
Meski begitu, Lukman menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Dia lantas memprediksi rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 15.650 hingga Rp 15.750 per dolar AS.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Kurs Rupiah Terus Melemah hingga Dekati 16.000-an per USD, Importir Bersiap Naikkan Harga Jual