TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai pemerintah perlu mempertimbangkan impor beras pada akhir tahun. Pasalnya, pada akhir tahun ini akan terjadi paceklik yang dipastikan akan lebih panjang dari tahun sebelumnya karena dampak El Nino.
"Berharap tambahan pengadaan domestik, peluangnya kecil," kata Khudori kepada Tempo, Minggu, 17 September 2023.
Ia menjelaskan jika El Nino membuat musim hujan mundur dua bulan, panen padi juga mundur dua bulan. Artinya paceklik bertambah dua bulan sehingga totalnya menjadi 6 bulan sampai awal April tahun depan. Alhasil harga beras akan semakin melonjak apabila pasokan yang tersedia di Tanah Air terbatas.
Dengan demikian, Khudori menekankan impor tambahan perlu dipertimbangkan di akhir tahun. Terlebih pada Februari 2024 akan ada Pemilu. Lalu berlanjut pada momen Ramadan pada Maret, dan Idul Fitri pada April 2024. Sebab, semua momen tersebut akan diikuti peningkatan konsumsi. Di sisi lain produksi dalam negeri masih amat tipis.
"Pasar bisa bergejolak dan panas jika pemerintah tidak memiliki stok yang memadai untuk melakukan intervensi," ucapnya.
Berdasarkan perhitungan Khudori, saat ini Perum Bulog memiliki cadangan beras pemerintah (CBP) untuk sebanyak 1,5 juta ton menstabilisasi harga di pasaran. Ditambah dengan realiasi jatah impor sisa sebesar 0,4 juta ton, sehingga stok akhir tahun bisa 1,9 juta ton besar.
Beras tersebut terkuras untuk bantuan sosial atau bansos selama bulan sekitar 640 ribu ton. Lalu, untuk operasi pasar atau program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sekitar 50 ribu ton pada September-November dan 100 ribu ton pada Desember. "Total 250 ribu ton. Artinya, stok akhir tinggal sekitar 1 juta ton, di bawah target 1,2 juta ton," tutur Khudori.
Di sisi lain, hal yang mungkin dilakukan menurut Khudori adalah konversi beras komersial Bulog ke cadangan beras pemerintah. Apabila Bulog diminta agresif masuk ke pasar beli dengan skema komersial, Khudori memperkirakan harga beras juga akan naik tinggi. "CBP bisa ditambah, tapi harga naik. Ini tidak disarankan," kata dia.
Sementara itu, langkah Kementerian Pertanian menanam di 500 ribu hektare pun hasilnya baru dapat dilihat pada November-Desember. Karena itu, ia menyarankan agar hasil panen ini sebaiknya masuk ke pasar. Dengan demikian, Bulog tidak perlu berebut gabah atau beras untuk menyerap dengan berkompetisi dengan pihak swasta agar stok pasar bertambah.
Pilihan Editor: Jokowi Pidato Krisis Pangan di IPB, Ungkit Bertemu Putin dan Zelensky