Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kekeringan Lumajang, Periode Habis Cak Doktor Bupati dan Ironi Irigasi

image-gnews
Saluran irigasi Boreng. Tekanan air yang kurang membuat air tidak mengalir sampai jauh. Foto: David Priyasidharta
Saluran irigasi Boreng. Tekanan air yang kurang membuat air tidak mengalir sampai jauh. Foto: David Priyasidharta
Iklan

TEMPO.CO, Lumajang - Air menerobos keluar dengan deras dari bawah pasangan bronjong di sisi Barat dan Timur sungai Kaliasem tepatnya di sebelah Utara jembatan Gambiran, Kelurahan Rogotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu pagi itu, 16 September 2024. 

Nurhadi, 50 tahun, yang baru turun dari motornya langsung berjalan menuju Dam Gambiran dan mengecek bagian bawah pintu air. Petani Desa Boreng, Lumajang ini hanya bisa mondar-mandir sambil sesekali melihat ke bawah sungai. 

Bronjong sepanjang kurang lebih 40 meter itu sedianya untuk membendung aliran air dari sungai yang membelah pusat kota Lumajang ini. Dengan ketinggian tertentu, air akan mengalir ke Dam Gambiran yang kemudian diteruskan ke saluran-saluan irigasi untuk mengairi lebih dari 300 hektare sawah di Lumajang. 

Namun kebocoran mengakibatkan air tak kunjung bisa mencapai ketinggian untuk bisa menimbulkan tekanan dan mengalirkannya ke pintu air dam Gambiran. 

Nurhadi memiliki dua areal sawah yang berada di Desa Boreng dan Kelurahan Rogotrunan. Tanah seluas setengah yang berada di Desa Boreng dia tanami Jagung. Sementara tanah seluas 1,5 hektare yang berada di Kelurahan Rogotrunan ditanami padi.  

Ia mengatakan sejak kurang lebih tiga tahun lalu, ketika tanggul jebol, lahan pertaniannya yang berada di Desa Boreng tidak mendapatkan pasokan air dari saluran irigasi. Sementara lahannya yang berada di Suko tidak mendapat pasokan air irigasi karena ada pembenahan saluran atas.

Menurut dia banyak petani yang harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mengairi sawah. "Mereka harus beli mesin diesel untuk menyedot air. Harganya bisa sampai Rp 4 juta. Kemudian membuat sumur, yang jasa pembuatannya bisa mencapai Rp 1 juta. Belum lagi biaya bahan bakar minimal Rp 200 ribu sehari penuh," ujar Nurhadi.

Bambang Subakir, pengurus Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Desa Boreng. Subakir menyayangkan ihwal kebocoran dam bronjong yang mengakibatkan air tidak bisa mengalir ke dam Gambiran. Masyarakat dan petani Desa Boreng dan Blukon yang menerima dampaknya.

"Air terbuang percuma sementara kami di bawah mengalami kekeringan,"kata Bambang berkeluh kesah.

Selanjutnya: Sawah di dua desa mengalami krisis air

Sawah di dua desa itu mengalami krisis air. Sumur-sumur milik masyarakat yang biasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari juga menjadi kering karena tidak mendapat resapan air karena saluran irigasi tidak lagi mendapat aliran air dari Dam Gambiran. 

Kondisi seperti ini sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir setiap kemarau. Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan itu tidak kunjung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Boreng dan Blukon. 

Kondisi yang tak berkesudahan ini mendapat sorotan tajam Achmad Nurhuda, tokoh masyarakat setempat. Salah satu tokoh pemuda Nahdlatul Ulama jebolan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton yang biasa disapa Gus Mamak ini mengritik keras ketidakberesan pemerintah dalam menangani persoalan yang menurutnya cukup sederhana untuk diatasi.  

"Pemerintah tidak serius dalam penanganan irigasi pertanian yang kemudian berdampak pada lebih dari 300 hektare sawah di Lumajang," ujar Mamak ditemui TEMPO di rumahnya di Gang Wahab, Kelurahan Rogotrunan, Sabtu siang, 16 September 2023.

Mamak mengatakan ratusan hektare sawah yang tidak mendapatkan air dari saluran irigasi itu berdampak pada perekonomian. "Seperti kondisinya sekarang ini ketika sekian tahun mereka tidak bisa bertani menanam padi, otomatis pasokan dari hasil pertanian akan berpengaruh terhadap rantai pasokan beras yang sekarang mulai mahal," ujar Gus Mamak menambahkan.

Mamak mengatakan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani masalah irigasi terlihat dari perencanaan anggaran. "Penanganan bencana kekeringan ini seharusnya menjadi prioritas yang harus didahulukan," ujarnya.

Ia juga mempertanyakan urusan teknis pembangunan dam yang bakunya hanya kurang lebih 300 hektare itu saja tidak beres. "Informasi yang kami dapatkan juga bahwa propinsi mau untuk sharing anggaran. Kalau sharing sebenarnya bisa dimanfaatkan," katanya. 

Ada beberapa anggaran yang sebenarnya juga bisa diserap seperti anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Dialokasikanlah ini supaya terpenuhi kebutuhan masyarakat itu, jadi tidak terkesan asal-asalan," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mamak juga menyoroti kelemahan perencanaan dalam menangani persoalan kekeringan ini. "Saya melihatnya bahwa proses penanganannya ini seperti tidak ada perencanaan. Tiba-tiba membangun pakai slang, tiba-tiba ada genset,"katanya.

Demikian pula dengan pembangunan dam bronjong. "Seperti kami, juga tidak tahu siapa yang menyarankan membangun dam bronjong. Itu membuang-buang duit," kata Mamak.

Ia memperkirakan ketika terjadi banjir lagi, dam bronjong tersebut berpotensi bakal jebol lagi. "Menurut kami ini seperti salah perencanaan. Saya tidak tahu apakah di PU ini tidak ada orang pintar. Maaf, saya menganggapnya seperti itu. Saya minta tolong. Yang serius lah menjaga negeri ini. Sebagai petani terdampak dan juga pemerhati, kami ingin pemerintah serius," katanya.

Selanjutnya: Pembangunan Dam permanen tidak menjadi prioritas

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Paling Kering di Sumsel, Ogan Komering Ilir Tercatat 70 Hari tanpa Hujan

18 jam lalu

Ilustrasi. Lahan pertanian yang mengalami kekeringan atau kesulitan irigasi di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/Hery Sidik)
Paling Kering di Sumsel, Ogan Komering Ilir Tercatat 70 Hari tanpa Hujan

Hal itu tampak dalam monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga 20 September 2023.


Gunung Semeru Meletus, Abu Meluncur Setinggi 700 Meter

1 hari lalu

Erupsi Gunung Semeru pada hari Minggu, 5 Februari 2023, pukul 12:42 WIB. Twitter/PVMBG
Gunung Semeru Meletus, Abu Meluncur Setinggi 700 Meter

PVMBG melaporkan telah terjadi letusan abu setinggi lebih kurang 700 meter di Gunung Semeru, Provinsi Jawa Timur.


Saat Banyak Wilayah Kekeringan, Banjir Landa 5 Kecamatan di Pasaman Barat Sumbar

1 hari lalu

Warga korban banjir bandang mengungsi di Jorong Kampuang Padang Paraman Dareh, Nagari Air Manggis, Lubuak Sikapiang, Pasaman, Sumatera Barat, 16 Desember 2015. Menurut data dari TNI sebanyak 27 unit rumah rusak, tiga diantaranya rusak berat, puluhan hektar sawah rusak, serta sejumlah ternak terseret arus banjir bandang yang terjadi pada Selasa (15/12) sore. ANTARA/Muhammad arif Pribadi
Saat Banyak Wilayah Kekeringan, Banjir Landa 5 Kecamatan di Pasaman Barat Sumbar

Saat sebagian besar wilayah Indonesia kekeringan, banjir justru melanda sejumlah lokasi di lima kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat.


Kekeringan di Bali Meluas dari 14 Jadi 15 Kecamatan, Dampak 80 Hari Tiada Hujan

1 hari lalu

Ilustrasi kekeringan. (ANTARA/Mohammad Ayudha/dok)
Kekeringan di Bali Meluas dari 14 Jadi 15 Kecamatan, Dampak 80 Hari Tiada Hujan

BMKG Denpasar menyebutkan kekeringan di Bali meluas dari sebelumnya 14 menjadi 15 kecamatan, karena selama 80 hari tidak turun hujan.


Derita Kekeringan Petani Lumajang, 'Sakramen' dan Persamuhan Itu

1 hari lalu

Lahan pertanian mengalami kekeringan dan tidak ditanami di Desa Boreng, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang. Foto: David Priyasidharta
Derita Kekeringan Petani Lumajang, 'Sakramen' dan Persamuhan Itu

Para petani menyoal kerusakan irigasi yang menambah persoalan mereka di tengah kekeringan di Lumajang. Bupati Lumajang berjanji segera menyelesaikan.


Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

2 hari lalu

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa usai menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Agustus 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

Gubernur Jawa Timur meminta para petani di Kabupaten Lumajang belajar ke para petani di daerah Mataraman untuk mengatasi masalah kekeringan.


Kekeringan di Bekasi Makin Meluas, Sudah Melanda 46 Desa di 10 Kecamatan

2 hari lalu

Air yang keluar dari pipa saat disaring karena menghitam dan kotor di Desa Sukaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 10 September 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kekeringan di Bekasi Makin Meluas, Sudah Melanda 46 Desa di 10 Kecamatan

Jumlah warga Kabupaten Bekasi terdampak kekeringan, yakni 49.892 KK atau sekitar 167.880 jiwa.


Gunung Semeru Mengalami 16 Gempa Erupsi, Waspada Lahar

2 hari lalu

Erupsi Gunung Semeru pada hari Minggu, 5 Februari 2023, pukul 12:42 WIB. Twitter/PVMBG
Gunung Semeru Mengalami 16 Gempa Erupsi, Waspada Lahar

Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur masih mengalami gempa erupsi atau letusan pada Rabu pagi.


Cerita Soal Penimbun Air Bantuan, Punya Tandon Besar saat Warga Lain Kekurangan

3 hari lalu

Ilustrasi air bersih.
Cerita Soal Penimbun Air Bantuan, Punya Tandon Besar saat Warga Lain Kekurangan

"Kami mohon kepada masyarakat janganlah dengan situasi seperti ini menimbun air."


Potensi Pendapatan Hilang Rp 78 Miliar Akibat Kekeringan, Petani Lumajang Salahkan Pemerintah

3 hari lalu

Lahan pertanian mengalami kekeringan dan tidak ditanami di Desa Boreng, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang. Foto: David Priyasidharta
Potensi Pendapatan Hilang Rp 78 Miliar Akibat Kekeringan, Petani Lumajang Salahkan Pemerintah

Informasi yang diperoleh TEMPO menyebutkan Dam Gambiran menjadi kewenangan Kabupaten Lumajang dengan irigasinya bernama DI Boreng.