Wempi menuturkan bahwa saat ini transisi ekonomi hijau dibutuhkan karena masyarakat mengonsumsi Sumber Daya Alam (SDA), termasuk bahan bakar fosil, secara berlebihan.
Konsumsi berlebihan ini, lanjut Wempi, makin memperburuk krisis iklim dan ekologi. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan yang komprehensif dalam cara memanfaatkan sumber daya alam.
Tantangan utama transisi ekonomi hijau juga tak sekadar membatasi cara konsumsi masyarakat, tetapi juga tantangan agar dapat membuat roda perekonomian Indonesia berputar.
“Transisi ekonomi hijau bisa menjadi penggerak pertumbuhan baru dan membentuk pondasi untuk bisnis dan perekonomian yang berkelanjutan dengan menawarkan serangkaian produk layanan yang lebih komprehensif dan sebagai kesempatan yang lebih baik untuk mengurangi emisi,” kata Wempi.
Pilihan editor: Menlu Beberkan Pujian Bank Dunia dan IMF atas Ketahanan Ekonomi ASEAN di Tengah Perlambatan Ekonomi Global