TEMPO.CO, Jakarta - Dalam soal ekonomi, setidaknya ada tiga sektor kerjasama yang ingin ditingkatkan dalam KTT ASEAN 2023 yang diselenggarakan di Jakarta 5-7 September 2023 ini. Ketiga topik itu akan dituangkan dalam deklarasi pemimpin ASEAN yang akan diumumkan oleh para kepala negara peserta KTT ASEAN.
Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia Tengku Datuk Seri Zafrul Tengku Abdul Aziz mengatakan, ketiga hal itu antara lain meliputi soal ekonomi digital, net zero carbon dan pengembangan ekonomi jasa secara menyeluruh. "Soal ini sebelumnya sudah dibahas di tingkat menteri. Tinggal diumumkan," kata dia dalam wawancara dengan wartawan Tempo, Senin 4 September di Hotel Four Season, Jakarta.
Tengku Zafrul adalah salah satu delegasi pemerintah Malaysia ke KTT ASEAN di Jakarta yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Selain menghadiri KTT, Tengku Zafrul juga bertemu dengan mitra kerjanya di Indonesia seperti Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia.
Tengku Zafrul mengatakan, ada sejumlah deklarasi pemimpin ASEAN yang akan diumumkan. Masing-masing: Leaders' Declaration on Strengthening Food Security and Nutrition in response to Crisis, Leaders' Statement to Develop the ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), ASEAN Leaders' Declaration on ASEAN as Epicentrum of Growth ASEAN Leaders', dan ASEAN Blue Economy Framework.
Dalam soal ekonomi digital, kata Tengku Zafrul, negosiasi DEFA sudah diluncurkan bersamaan dengan ASEAN Economic Community Council Meeting (AECC) ke-23 yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, 3 September 2023. "Masih banyak hal yang perlu kita kerjakan soal digital, e-commerce, teknologi digital, regulasi digital, dan soal QR code juga," kata dia.
Soal e-commerce, sudah dibahas sebelumnya dalam pertemuan ASEAN Economic Ministers And Related Meetings (AEM) pada 17-22 Agustus 2023 di Semarang. Itu untuk membantu perusahaan-perusahaan kecil, usaha kecil dan menengah, supaya dapat menjual barang ke negara di ASEAN. Jadi, perusahaan kecil negara lain bisa menjual di Indonesia, Indonesia bisa menjual di Malaysia, Vietnam, dan seterusnya. "Kami ingin memudahkan untuk semua perusahaan mengekspor dan mengimpor barang," kata dia.
Sedangkan soal ASEAN Blue Economy Framework meliputi isu keberlanjutan, energi hijau, emisi karbon dan sebagainya. Dalam soal ini, sudah ada pembicaraan soal rencana pembangunan interkoneksi jaringan listrik yang berasal dari energi terbarukan. Soal ini dibahas dalam pertemuan menteri energi dari negara ASEAN di Bali pada Agustus lalu.
Tema yang juga masih didiskusikan adalah soal ASEAN grid (jaringan listrik). "Kalau soal energi listrik itu perbincangan lebih banyak soal interkoneksitas. Karena ini akan membantu semua negara. Kita mau lebih inklusif," kata Tengku Zafrul. Selama ini yang sudah ada jaringan listrik itu antara Singapore, Malaysia, dan Laos. "Tapi itu pun bukan energi terbarukan. Yang dibahas ini yang energi terbarukan."
Mantan Menteri Keuangan Malaysia era Pemerintahan Ismail Sabri Yaakob ini mengatakan, investasi ke ASEAN dalam dua tahun belakangan ini mengalami peningkatan. "Kalau kita melihat investasi tahun 2020-2022, meningkat 500-600%. Yang tertinggi dalam sejarah. Sebanyak 224 billion US dolar. Saat di seluruh dunia jatuh 12%, tapi kita naik di seluruh ASEAN". Total investasi yang masuk ke ASEAN adalah 17% dari investasi dunia. Banyak pengalihan dari jaringan penyediaan ke ASEAN ini akibat kompetisi Cina dan Amerika Serikat.
Mantan Kepala Eksekutif CIMB Group Holdings Berhad ini menambahkan, ASEAN dibawah kepemimpinan Indonesia pada tahun 2023 ini melakukan banyak hal dalam segi ekonomi dan perdagangan. Indonesia melakukannya dengan baik. Dan semuanya menunjukkan bahwa progresnya bagus sejak ASEAN diketuai oleh Indonesia. Banyak perkembangan baru yang diraih," tambahnya.
Pilihan Editor: Prabowo Bakal Bikin Lumbung Pangan di Rawa-rawa, Pengamat: Gagasan Lama dan Terbukti Gagal