Sejak itu, perusahaan konstruksi ini telah menghasilkan karya konstruksi yang bersejarah dan monumental di antaranya seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan, Jakarta dan Monumen Patung Dirgantara yang berada di Pancoran.
Sekitar era 1970-an, Hutama Karya memperkenalkan teknologi beton pra-tekan pertama di Indonesia. Hutama Karya menjadi perusahaan konstruksi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss.
Kemudian, Hutama Karya membentuk Divisi Prategang sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi tersebut. Pada dekade itu pula, Hutama Karya berubah status menjadi PT Hutama Karya (Persero).
Untuk mengantisipasi bisnis konstruksi yang semakin kompetitif, pada tahun 1980-an Hutama Karya kembali berinovasi melalui diversifikasi usaha dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yang merupakan pabrik penghasil tiang penerangan jalan umum sebagai tipe dari baja bersegi delapan (oktagonal).
Selain itu, perusahaan ini juga melakukan ekspansi internasional yang menjadi inovasi teknologi konstruktif dengan diciptakannya LPBH (Landasan Putar Bebas Hambatan)-80 ‘SOSROBAHU’ oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.
Seiring kemajuan teknologi konstruksi serta pengembangan inovasi yang terus meningkat, pada 1990 Hutama Karya sukses menghasilkan jembatan berbasis teknologi tinggi yakni Jembatan Bentang Panjang (Suspension Cable Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch Steel Badge, Cable Stayed) yang memenuhi standar internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja dan lingkungan dan berhasil mendapatkan sertifikat ISO 90002:1999.
Sertifikat ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007