TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita menjelaskan proyek badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi akan terus berjalan meski menanggung utang obligasi jatuh tempo pada tahun ini. Hal itu berdasarkan permintaan pemerintah.
“Dana PMN (penyertaan modal negara) yang mereka terima akan digunakan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang telah diamanatkan kepada mereka, sebagaimana dikatakan Kementerian PUPR,” ujar Ronny saat dihubungi pada Kamis, 10 Agustus 2023.
Adapun perkara utang, Ronny melanjutkan, sepertinya akan disiasati dengan pembenahan keuangan korporat, mengurangi beban dan maksimalisasi pendapatan. Yakni dengan melepas beberapa proyek yang sudah jadi ke pihak ketiga.
“Untuk mendapatkan dana segar, dan mendapatkan proyek-proyek baru dari pemerintah untuk mengamankan kepastian pemasukan jangka panjang,” ucap Ronny.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menyoroti utang sejumlah BUMN Karya yang nilainya tembus hingga Rp 46,21 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan pihaknya terus mengawasi utang jumbo perusahaan pelat merah tersebut.
"Sebagian besar kredit kepada debitur BUMN berasal dari Himbara (himpunan bank negara) dengan pencadangan yang sudah cukup signifikan untuk memitigasi risiko," ujar Dian, dikutip dari keterangan tertulisnya pada Senin, 7 Agustus 2023.
Menurut Dian, hal itu sejalan dengan kemampuan bank-bank tersebut untuk memberikan kredit kepada perusahaan besar di Indonesia, termasuk BUMN. Ihwal arahan atau intervensi dari OJK, Dia menyebutkan OJK pada prinsipnya mendorong fungsi intermediasi perbankan dalam bentuk penyaluran kredit kepada BUMN.
Meski begitu, penyaluran kredit perbankan harus menerapkan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, manajemen risiko, dan mematuhi peraturan perundangan. OJK sebagai otoritas pengawasan perbankan, kata dia, akan selalu memantau perkembangan kredit bank, baik dari sisi agregat secara industri maupun secara individual bank.
Adapun pembentukan cadangan sebagai salah satu mitigasi harus dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan upaya-upaya manajemen risiko kredit lainnya, termasuk restrukturisasi. Hal itu, menurut dia, belum tentu mengindikasikan pesimisme.
“Dalam konteks restrukturisasi, salah satu kriteria untuk melakukannya adalah adanya prospek usaha. Faktor itu dinilai menunjukkan adanya peluang untuk perbaikan kondisi keuangan debitur,” tutur Dian.
BUMN karya yang menanggung utang obligasi salah satunya adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Sejak Senin lalu, perdagangan saham BUMN karya tersebut di Bursa Efek Indonesia disuspensi karena perseroan gagal membayar pokok dan bunga ke-12 Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2020 (PUB IV Tahap I) yang jatuh tempo pada 6 Agustus 2023.
Menyitir laporan keuangan Waskita, liabilitas jangka pendek perseroan per 30 Juni lalu mencapai Rp 22,79 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 61,52 triliun. Dengan demikian, total liabilitas perseroan pada paruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 84,3 triliun. Di tengah beban keuangan tersebut, perseroan masih menelan rugi. Dalam enam bulan pertama tahun ini, perseroan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 2,07 triliun.
BUMN karya lainnya yang akan dihadapkan pada pembayaran kewajiban obligasi adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Pembayaran Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A bakal jatuh tempo pada 18 Desember mendatang. Adapun surat utang itu memiliki nilai pokok Rp 331 miliar dengan tingkat bunga 8,60 persen per tahun. Pembayaran obligasi tersebut masuk ke liabilitas jangka pendek perseroan yang pada 30 Juni lalu mencapai Rp 35,01 triliun.
Sementara liabilitas jangka panjang yang ditanggung perseroan sebesar Rp 21,69 triliun. Jadi, jumlah liabilitas perseroan pada semester I 2023 mencapai Rp 56.7 triliun, turun dibanding pada akhir tahun lalu yang sebesar Rp 57.58 triliun. Pada paruh pertama tahun ini, Wijaya Karya menelan rugi bersih Rp 1,99 triliun, berbalik dari kondisi pada semester I 2022 kala perseroan membukukan laba Rp 12,35 miliar.
MOH KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI | CAESAR AKBAR
Pilihan Editor: Penerimaan CPNS 2023 Resmi Dibuka September, Ini Syarat dan Jadwal Lengkapnya