Kwon menuturkan, tanpa dukungan pemerintah akan sangat mustahil untuk bisa mencapai kesepakatan untuk memulai realisasinya. Saat ini, LG telah menyelesaikan hal yang tersulit dalam negosiasi antar konsorsium yaitu penentuan pemegang saham di perusahaan patungan di setiap rantai pasok.
“Setelah tercapainya kesepakatan di struktur saham, LG konsorsium yakin negosiasi akan jauh lebih mudah dan menargetkan untuk memulai konstruksi pabrik katoda di tahun 2023,” ucap Kwon.
Direktur Utama PT Antam (Persero) Tbk. Nico Kanter juga mengaku berkomitmen untuk melakukan upaya terbaik dan berusaha mengakomodasi kebutuhan dari proyek tersebut. Salah satu kunci utama dalam mewujudkan kesuksesan mega proyek ini, kata Nico, adalah kolaborasi dan komunikasi yang baik dari semua pihak.
“Seluruh konsorsium BUMN yang terlibat proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik LG, memiliki komitmen yang sama,” kata Nico. “Melakukan percepatan dan siap bernegosiasi untuk memberikan keuntungan bagi kedua pihak.”
Mega proyek ini merupakan proyek kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC. Langkah awal proyek ini dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan total investasi sebesar US$ 1,1 miliar.
Pabrik tersebut nantinya akan memproduksi secara komersial sel baterai kendaraan listrik sebanyak 10 GWh pada April 2024. Selanjutnya investasi mega proyek akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik smelter, prekursor dan katoda, serta kerja sama pertambangan yang saat ini dimiliki Antam di Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara.
Pilihan Editor: Bahlil Sebut 4 CEO Besar Asal Cina Akan Saksikan Groundbreaking Kawasan Industri di Kaltara Akhir 2023