"Dunia akan gelap gulita 2023 ini karena pertumbuhan dunia hanya 2,1 persen. Ini turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 6,3 persen,” ujar Sri Mulyani dikutip dari akun YouTube Kemenkeu RI.
Ditambah lagi, pertumbuhan perdagangan dunia saat ini merupakan yang terendah, 2,1 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 10,7 persen. Sehingga, kegiatan perdagangan harus didorong.
“Kalau dunia tidak saling berdagang, pasti ada bagian dunia yang tadinya membutuhkan barang atau jasa tidak mendapatkannya. Kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik," kata dia.
Menurut bendahara negara, kondisi tersebut berdampak pada disrupsi baik dari sisi suplai maupun dari sisi perdagangan. Sri Mulyani mengatakan hal itu akan sangat menentukan kondisi inflasi. Seperti yang terjadi pada 2022, inflasi tertinggi dengan di masing-masing negara seluruh dunia mengalami kenaikan, dari inflasi 0 persen kini 8,7 persen.
Selain itu, kata Sri Mulyani, kondisi gelap gulita itu juga terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur dunia saat ini, 61,9 persen mengalami kontraksi. Namun, Indonesia termasuk ke dalam negara yang industrinya masih bertumbuh positif.
"Hanya 14,3 persen negara-negara yang mengalami ekspansi dan akselerasi, itu termasuk Indonesia bersama Turki dan Meksiko," ucap Sri Mulyani.
Pilihan editor: Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Triwulan II Terjaga di Tengah Dinamika Global