TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Departemen Spesialisasi dan Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo memprediksi ekspor kopi bakal menurun tahun ini. Terutama pada periode semester II. Pasalnya, produksi kopi menurun imbas kemarau basah yang terjadi pada 2022.
"Pengaruhnya di tahun ini. Semester I kemarin tidak signifikan karena masih ada sisa panen pada 2022," kata Moelyono ketika ditemui di Auditorium Kementerian Perdagangan atau Kemendag pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Imbas musim kemarau basah ini, Moelyono mengatakan potensi penurunan produksi kopi bisa mencapai 25 persen. Sedangkan penurunan ekspor bisa 30 hingga 35 persen. "Karena kebutuhan dalam negeri juga tinggi, jadi harus diserap di dalam negeri dulu."
Adapun, menurut Moelyono, nilai ekspor kopi Indonesia tahun lalu mencapai US$ 1 miliar. Sekitar 25 persen atau sekitar US$ 230 juta di antaranya, merupakan hasil ekspor ke Uni Eropa. Adapun kopi yang dieskpor ke negara tersebut, kata Moelyono, setidaknya sebanyak 85 ribu ton.
Kini dengan adanya ancaman hambatan akibat UU Anti Deforestasi Uni Eropa,AEKI bakal mencari potensi pasar dari negara lain. Misalnya, mengalihkan ke Eropa Timur dan negara-negara Timur Tengah. Kemudian, negara-negara ASEAN, seperti Malaysia dan Filipina.
"Kami di asosiasi optimistis. Eropa menghambat, kami alihkan ke negara lain," tutur Moelyono. "Konsumsi di negara sendiri juga meningkat."
Pilihan editor: Tanggapi UU Anti-Deforestasi Uni Eropa, Eksportir Kopi Indonesia Bakal Cari Pasar Lain