TEMPO.CO, Madiun - Petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur mulai menyiapkan diri menghadapi anomali cuaca akibat El Nino yang puncaknya diprediksi pada Agustus hingga September mendatang. Mereka akan menambah biaya produksi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi tanaman padinya.
Sutikno, salah satu petani di Dusun Batu, Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan memprediksi biaya tambahan untuk menggarap sepetak lahannya sekitar Rp 4 juta pada masa tanam musim kemarau (MK) II ini.
Bila pada masa tanam sebelumnya modal yang dibutuhkan Rp 9 juta, maka pada masa tanam ini sekitar Rp 13 juta. “Karena sekarang airnya harus beli dan butuh beberapa aliran air dari sumur,” ujar dia pada Rabu, 19 Juli 2023.
Pada musim kemarau panjang ini, kebutuhan air untuk tanaman padi tidak tercukupi hanya dari saluran irigasi primer atau sungai. Maka, petani harus mengairi sawah mereka dari sumur pompa dalam di sekitar lahan pertaniannya. Namun, konsekuensinya harus menunggu giliran untuk mendapatkan air irigasi.
Dengan demikian, prediksi tambahan biaya untuk irigasi belum termasuk kemungkinan rusaknya tanaman akibat anomali cuaca. Bila fenomena alam itu terjadi, maka kebutuhan pupuk maupun pembasmi serangga akan bertambah.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun, Suharno menyatakan bahwa mayoritas petani sudah mempersiapkan diri menghadapi kemarau panjang tahun ini. Mereka berencana mengajukan permohonan ke pemerintahan desa masing-masing untuk menerbitkan surat keterangan pembelian solar bersubsidi ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Solar itu akan untuk digunakan mengoperasionalkan mesin pompa air pada sumur dangkal yang masih ada di kawasan persawahan mereka. Rencana itu muncul karena sumur pompa dalam yang menggunakan energi listrik untuk operasionalnya berjumlah terbatas.
“Hanya 200 sampai 300-an (se-Kabupaten Madiun). Padahal idealnya ada ribuan (sumur pompa dalam),” ujar Suharno.
Ia menambahkan, pembelian solar bersubsidi tidak dapat dilakukan di SPBU karena terbentur regulasi, maka petani akan menjalankan cara lain. Pembelian salah satu jenis BBM itu akan menggunakan mobil bermesin diesel. “Lalu, akan disedot untuk mesin mengisi diesel sumur di sawah,” ucapnya.
Pilihan Editor: BKF Sebut Tingkat Kemiskinan yang Turun jadi 9,36 Persen Sejalan dengan Fokus Pemerintah, Ini Target Jokowi