Sejarah Stasiun Yogyakarta
Sementara itu, bangunan cagar budaya Stasiun Tugu Yogyakarta bergaya Ionia dan Art Deco sempat dijuluki stasiun terbaik se-Hindia Belanda. Dilansir dari heritage.kai.id, salah satu stasiun tertua di Indonesia itu ditetapkan sebagai warisan budaya melalui Surat Keputusan Menteri No. PM.25/PW.007/MKP/2007, SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) No. PM.57/PW.007/MKP/2010, Peraturan Daerah (Perda) DIY No. 188 Tahun 2014, serta SK Menteri No. 210/M/2015.
Stasiun Tugu Yogyakarta mulai memberangkatkan kereta api sejak 2 Mei 1887. Stasiun yang dekat dengan pusat perbelanjaan kawasan Malioboro ini menjadi stasiun kereta api kedua di Yogyakarta setelah Stasiun Lempuyangan.
Pada mulanya, kereta api dari Stasiun Tugu Yogyakarta dibangun untuk mengangkut hasil bumi dari Jawa Tengah. Pada 1905, kereta api pengangkut penumpang kemudian mulai diberangkatkan dan berhenti dari dan ke Stasiun Yogyakarta.
Ciri arsitektur Art Deco yang diusungnya berupa komposisi simetris antara bagian tengah sebagai pintu masuk utama, serta perpaduan garis vertikal dan horizontal sebagai pemberi karakter pada bangunan.
Bagian depan bangunan dibuat dengan arsitektur kolonial modern langgam Indische Empire yang banyak dianut pada akhir abad ke-19. Susunan denah yang nampak rapi dan sederhana juga dipengaruhi dari zaman Neo Renaissance. Selain itu, stasiun yang dibangun terbuka menunjukkan penyesuaian terhadap iklim tropis.
Selanjutnya: Stasiun Tersibuk di Yogyakarta....