TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT RHB Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi Kasmarandana menanggapi soal kenaikan saham di sektor rumah sakit dan farmasi usai Rancangan Undang-Undang Kesehatan disahkan menjadi undang-undang.
Sebetulnya, tutur dia, pengesahan RUU kesehatan tidak berdampak secara langsung dalam jangka pendek terhadap saham industri layanan kesehatan atau healthcare.
"Karena poin-poin dalam RUU Kesehatan lebih banyak terkait perlindungan nakes (tenaga kesehatan), transparansi pembiayaan dan fokus pasokan bahan dalam negeri," kata dia saat dihubungi Tempo pada Rabu, 12 Juli 2023.
Namun, Audi melihat kondisi ini menjadi sentimen positif dan mendorong peningkatan spesialis untuk emiten rumah sakit. Ia pun memperkirakan sektor layanan kesehatan masih akan menarik karena termasuk dalam defensive stock. Mengingat IHSG masih menghadapi kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Kondisi itu, menurutnya, membuat investor cenderung memilih saham yang defensive. Ditambah, ia menuturkan pemerintah meningkatkan anggaran kesehatan tahun 2023 sebesar 22 persen. Penambahan itu pun termasuk subsidi Badan Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS).
Pada 2024, pemerintah juga kembali berencana menaikkan anggaran tersebut menjadi Rp 187 triliun. "Sehingga kami melihat ini yang lebih berdampak positif terhadap sektor healthcare," tutur Audi.
Seperti diberitakan sebelumnya, DPR telah resmi mengesahkan RUU Kesehatan menjadi UU dalam Rapat Paripurna ke-29, Selasa, 11 Juli 2023.
Pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia Selasa lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menguat. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, 10 sektor meningkat, dipimpin sektor kesehatan sebesar 2,88 persen. Kemudian, diikuti sektor barang baku dan sektor barang konsumen non-primer yang masing-masing meningkat 1,47 persen dan 1,17 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar, yaitu BNBA, CFIN, BGTG, FWCT, dan WIRG. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.293.279 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 22,53 miliar lembar saham senilai Rp 8,79 triliun.
Pilihan Editor: Pemanfaatan EBT Baru 0,5 Persen, Sri Mulyani: Itu Memalukan!