TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Transportasi Publik dari Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno menjelaskan soal tarif light rail transit atau LRT Jabodebek. Pada tahun 2019lalu, Djoko menghitung tarif LRT Jabodebek itu berada di rentang Rp 12-15 ribu per orang.
“Saat itu, jika tidak disubsidi bisa sampai Rp 50 ribu,” ujar dia di Hotel Mercure, Mangga Besar, Jakarta Barat, pada Selasa, 11 Juli 2023.
Namun, dia mengaku belum memiliki hitung-hitungan yang terbaru. Yang pasti, kata Djoko, tarif LRT idealnya akan lebih mahal dari kereta rel listrik (KRL). Karena masyarakat akan mendapatkan kereta yang baru dan berangkat stasiun yang bersih.
Meski begitu, ia yakin pemerintah akan memberikan subsidi tarif untuk angkutan kota tersebut. “Itu sudah dianggarkan kok. Sekarang ada hitungan baru lagi setelah pandemi dan sebagainya. Ya mudah-mudahan masih kurang dari angka itu,” tutur Djoko.
Soal tarif tersebut, Djoko mencontohkan angkutan lain yakni Jabodetabek Residence Connexion atau bus JR Connexion. Bus yang menghubungkan kawasan perumahan menuju ke Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat itu laris manis, meski tarifnya Rp 20-25 ribu.
Alasannya, karena ada pengurangan biaya transportasi. Masyarakat yang biasanya menggunakan kendaraan pribadi mobil bisa mengeluarkan biaya rata-rata Rp 74-100 ribu per hari. Untuk biaya tol dan bayar supir pribadinya. “Itu harus ditekan, kalau bisa total sampai Rp 50 ribu, mungkin mereka mau beralih,” ucap Djoko.
Hal itu juga bisa terjadi pada LRT Jabodebek. Namun, Djoko menjelaskan untuk LRT Jabodebek, angkutan penumpang (feeder) disalurkan khusus ke angkutan trayek menuju ke stasiunnya. Ia mengaku pernah mengingatkan soal feeder itu lima tahun yang lalu.
Selanjutnya: Namun ternyata pemerintah daerah sepertinya...