TEMPO.CO, Rote Ndao - Program Arafura and Timor Seas (Atsea) atas kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama UNDP melakukan program pendampingan kepada kelompok nelayan pesisir di empat desa di Kabupaten Rote Ndao, NTT guna mengantisipasi perubahan iklim.
"Tujuan Atsea hadir untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan dampak perubahan iklim. Karena Rote ndao rentan terkena bencana, seperti seroja, panas berkepanjangan, hujan tak nenentu, sehingga kita dorong agar mereka punya akternatif pendapatan lain, selain melaut," kata Koordiantor Program Atsea Kabupaten Rote Ndao, Mikael Lela Saduk Leu Ape kepada Tempo, Senin, 19 Juni 2023.
Dalam program Atsea yang seharusnya dimulai pada 2019, namun terkendala pandemi Covid-19. Walhasil, program baru dimulai tahun 2021 di emoat desa yakni Desa Daiama, Kecanatan Landu Leko. Desa Oeseli dan Landu Tii, Kecamatan Rote Barat Daya, serta Desa Boa di Rote Barat.
Pada program Atsea ini, empat desa punya kegiatan usaha masing-masing. Seperti di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, misalnya, program Atsea difokuskan pada restorasi mangrove dan kelompok pemberdayaan perempuan didorong ke usaha ekonomi produktif, seperti kopi mangrove dan sirup rumput laut.
"Sampai sekarang masih berjalan, tapi kendala di pasaran, karena warga hanya bergantung pada wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata Mulut Seribu. Jika mau dipasarkan ke Kota Ba'a, jaraknya sangat jauh," katanya.
Sedangkan di Landu Tii, Rote Barat Laut, Program Atsea2 yakni melatih mereka untuk kopi dan steak rumput laut yang difasilitasi oleh Politeknik Kelautan Kupang.
"Kopi dan steak rumput laut itu siap saji. Tantangannya warga belum tahu manfaat dari kopi atau steak siap saji. Mereka sudah siap buat agar-agar dan sirup rumput laut, namun sulit dipasarkan, karena mereka berada di pulau," katanya.
Selanjutnya: Di Desa Boa, Kecamatan Rote Barat, produksi minyak VCO ...