TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas berjangka naik pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB. Penguatan harga komoditas ini merupakan rebound setelah melemah selama empat hari berturut-turut.
Meski begitu, tren harga emas masih menurun bila dilihat secara mingguan hingga pekan ketiga beruntun di tengah negosiasi plafon utang AS yang berlarut-larut dan melambungnya inflasi AS.
Adapun kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, naik 60 sen atau 0,03 persen menjadi US$ 1.944,3 per ounce. Sebelumnya harga emas sempat menyentuh level tertinggi sesi di US$ 1.957,1 dan terendah di US$ 1.936.
Sebelumnya, emas berjangka jeblok US$ 20,9 atau 1,06 persen menjadi US$ 1.943,7 pada Kamis lalu, 25 Mei 2023, setelah tergelincir US$ 9,90 atau 0,5 persen menjadi US$ 1.964,6 pada sehari sebelumnya. Sedangkan pada hari Selasa, 23 Mei 2023, harga emas turun US$ 2,7 atau 0,14 persen menjadi US$ 1.974,5.
Sedangkan per minggu ini, kontrak emas Juni melemah 1,9 persen, mencatat kerugian mingguan ketiga berturut-turut, setelah turun 2 persen di minggu sebelumnya dan turun 0,25 persen lagi seminggu sebelumnya.
Analis di platform perdagangan daring OANDA, Craig Erlam, menilai penguatan tipis harga emas menunjukkan bahwa pekan yang buruk sudah berakhir. "Karena beberapa investor mencari perlindungan jika pembicaraan plafon utang mengalami hambatan besar pada jam kesebelas."
Erlam menyebutkan saat itu adalah waktu krisis untuk (Washington) DC dan kemungkinan skenario TARP (dari 2008) dapat terjadi ketika Kongres pada awalnya gagal meloloskan program dana talangan bank. "Itulah sebabnya beberapa pedagang lari ke emas menjelang akhir pekan yang panjang. Jika bukan karena data (inflasi) hawkish lainnya, emas akan mengakhiri minggu ini dengan catatan yang jauh lebih kuat," katanya.
Presiden Joe Biden pada Kamis lalu menyatakan Amerika Serikat akan menghindari gagal bayar kredit yang menghancurkan. Hal ini terjadi bahkan ketika anggota parlemen mengambil jeda 10 hari tanpa kesepakatan untuk menaikkan batas pinjaman negara untuk tetap membayar tagihan.
Ada tujuh hari hingga 1 Juni 2023, titik sedini mungkin ketika pemerintah memperkirakan akan kehabisan uang untuk melunasi utangnya dan pembayaran pinjaman yang terlewat. Hal ini diramalkan bakal memicu resesi dan membuat pasar dunia yang bergolak.
Namun anggota Dewan Perwakilan Rakyat mulai melakukan reses untuk Memorial Day setelah pemungutan suara terakhir mereka Kamis pagi lalu dan baru akan kembali hingga 4 Juni.
ANTARA
Pilihan Editor: Harga Emas Jatuh, Dolar Menguat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini