Namun ada hal yang positif dari perbicangan mengenai subsidi kendaraan listrik itu. Yakni sebagian masyarakat menilai mobil listrik mampu mengurangi emisi karena zero emission dibandingkan dengan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil.
Selain itu, ada pula yang menyampaikan subsidi ini hanya pemacu untuk dorong kemajuan industri kendaraan listrik di Indonesia. Setelah industri maju dan sudah mandiri maka subsidi akan dicabut.
“Ada yang menyampaikan begitu. Dari secara keseluruhan dari 80,77 persen menolak, itu 60 persennya beranggapan bahwa subsidi ini hanya menguntungkan segelintir pihak,” kata Wahyu.
Hasil analisis itu, menurut Wahyu berasal dari 18.921 data pembicaraan di Twitter dari 15.139 akun pada 8-12 Mei 2023. Alasan mengambil data dari Twitter, kata dia, karena merupakan platform yang representatif untuk menangkap aspirasi, kritik, ataupun masukan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan isu sosial, politik, atau kebijakan dari pemerintah.
“Setelah kita ambil datanya, kita collect datanya kita coba bersihkan dari akun media atau dari buzzer. Sehingga harapannya perbincangan didapatkan dari user asli saja setelah itu kita lakukan analisis untuk exposure, sentimen, dan juga topik perbincangan,” tutur Wahyu.
Pilihan editor: Standar Biaya Masukan Mobil Listrik Pejabat Hampir Rp 1 Miliar, Begini Kata Kemenkeu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini