TEMPO.CO, Jakarta - Hary Tanoesoedibjo selaku Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Indonesia (Perindo) menyambut dengan senang hati keputusan Yusuf Mansur untuk maju sebagai calon legislatif (caleg) DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta I (Jakarta Timur). Melalui akun Instagramnya, pria yang akrab disapa HT membagikan Kartu Tanda Anggota (KTA) sosok yang dikenal sebagai ustadz itu.
Sebelum membentuk partai politik, publik mengenal HT sebagai pengusaha di dunia industri multimedia, yaitu MNC Group. Kemudian sejak 8 Oktober 2014, ia memutuskan untuk terjun ke blantika perpolitikan Indonesia. Lantas, bagaimana profil Hary Tanoesoedibjo dan perjalanan bisnisnya hingga masuk dalam deretan 50 besar orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes?
Profil Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo dilahirkan di Surabaya pada 26 September 1965. Ia adalah putra dari Ahmad Tanoesoedibjo dan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia menuntaskan pendidikan menengahnya di SMAK St. Louis. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi dengan memperoleh gelar Bachelor of Commerce dari Universitas Carlenton di Kanada pada 1988 dan Master of Business Administration di Universitas Ottawa pada 1989.
Ketika melanjutkan kuliah di tingkat pascasarjana, HT mengambil alih sejumlah saham perusahaan milik Presiden Soeharto, yaitu PT Bimantara Citra Tbk. Lalu, perusahaan itu berganti nama menjadi PT Global Mediacom Tbk. Pada masa itulah, menjadi titik awal ia terjun ke dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi.
Di bawah PT Global Mediacom dan PT Bhakti Investama (sekarang PT MNC Investama) terdapat beberapa anak perusahaan, antara lain PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Global TV, MNCTV, Radio Trijaya FM, Harian Seputar Indonesia, majalah bisnis dan ekonomi Trust, serta tabloid khusus remaja Genie.
Dilansir dari laman mncsekuritas.id, sejak Februari 2004, Hary Tanoesoedibjo menduduki posisi sebagai Komisaris Utama PT MNC Sekuritas. Ia juga masih berada di kursi kepemimpinan anak usaha MNC Group hingga sekarang, antara lain Direktur Utama (Dirut) PT Global Mediacom, RCTI, dan PT Media Nusantara Citra (MNC) Tbk.
Perjalanan Hary Tanoesoedibjo di Dunia Politik
Pada Oktober 2011, Hary Tanoe mantap bergabung dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Di organisasi itu, ia dipercaya sebagai ketua dewan pakar dan wakil ketua majelis nasional. Namun, aktivitasnya di dalam partai yang berada di bawah keketuaan Surya Paloh itu tidaklah bertahan lama.
Sejak 17 Februari 2012, Hary Tanoesoedibjo beralih keanggotaan ke Partai Hanura buatan Wiranto. Ia langsung ditunjuk sebagai ketua dewan pertimbangan, kemudian menjadi ketua Bapilu (Badan Pengendali Pemilu). Bahkan, dirinya juga sempat digadang-gadang menjadi kandidat kuat bakal calon wakil presiden bersama Wiranto, tetapi gagal maju.
Usai Pemilu 2014, HT keluar dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Ia mendirikan partai politiknya sendiri pada 2015, yaitu Perindo. Hingga sekarang, partai itu masih eksis dan meraih sejumlah suara di kursi pemilihan legislatif maupun eksekutif. Hary Tanoesoedibjo juga sering membagikan kegiatan organisasi bersama masyarakat melalui kanal Instagram pribadi @hary.tanoesoedibjo.
Harta Kekayaan Hary Tanoesoedibjo
Dikutip dari situs Forbes, Hary Tanoesoedibjo memiliki lebih dari 60 stasiun TV swasta, lembaga penyiaran radio, dan surat kabar. Namun, sejak fokus ke dunia politik pada 2016, ia mengundurkan diri dari kursi CEO MNC dan memilih menjadi komisaris. Melalui perusahaan MNC Land, ia sedang membangun resor di Jawa dan Bali, lalu akan dikelola oleh perusahaan Donald Trump.
Pada 2022, Hary Tanoesoedibjo dimasukkan dalam daftar orang terkaya di Indonesia 2022 nomor 39 atau urutan ke-1.929 dunia. Suami dari Liliana Tanaja Tanoesoedibjo itu tercatat memiliki harta kekayaan bersih US$ 1,09 miliar atau setara Rp 16,09 triliun (kurs Rp 14.759).
Pilihan editor: Perindo Soal Dukungan Capres usai Hary Tanoe Bertemu Jokowi: Masih Ngintip Dulu
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA