TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menanggapi data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menyebutkan tabungan orang kaya di atas Rp 5 miliar tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhannya 9,63 persen Year on Year (YoY) dengan total nilai mencapai Rp 4.380 triliun hingga Maret 2023—data Maret tahun lalu, angkanya Rp 3.904 triliun.
“Jadi data dari simpanan ini menunjukan memang ketimpangan memang nyata,” ujar Bhima saat dihubungi pada Selasa, 9 Mei 2023.
Adapun penyebabnya, Bhima melanjutkan, pertama pada saat terjadi pandemi Covid-19 orang-orang kaya ini lebih pintar untuk menyimpan aset di instrumen yang aman. Sehingga mereka terhindar dari risiko berlebih terhadap ancaman krisis ekonomi pada waktu puncak pandemi.
“Mereka masukan ke aset yang imbal hasilnya bagus, bahkan kemudian mereka juga mendapatkan profit yang cukup tinggi misalnya ketika berinvestasi di sektor kesehatan,” kata Bhima.
Penyebab kedua, dia berujar, banyak orang kaya ini secara struktural bekerja di perusahaan atau memiliki saham di perusahaan berbasis komoditas sumber daya alam atau SDA. Begitu harga komoditas batu bara dan CPO naik tajam sepanjang 2021-2022, kata Bhima, maka tabungannya otomatis mengalami kenaikan yang signifikan.
Selanjutnya ketiga, Bhima menilai memang ada kebijakan yang lebih berpihak kepada orang kaya, contohnya insentif subsidi mobil listrik. Ditambah lagi banyak fasilitas perpajakan yang diberikan. “Kan enggak perlu itu,” tutur Bhima.
Sementara, Bhima menjelaskan, masyarakat kelas menengah dan bawah banyak bantuan-bantuan sosial yang dicabut. Dia mencontohkan seperti, bantuan subsidi upah yang tidak dilanjutkan, serta banyak stimulus yang digelontorkan pemerintah pada saat pandemi Covid-19 tidak dilanjutkan.