Clement mengatakan salah satu keunggulan PHR Pressing adalah waktu produksi yang ditargetkan 1-2 bulan. Berbeda dengan pabrik di luar negeri yang bisa menghabiskan waktu hingga lebih dari 1 tahun lantaran daftar panjang antrean pembuatan vinyl.
PHR Pressing juga menyediakan konsultasi secara cuma-cuma dan menyediakan jalur distribusi langsung ke penggemar piringan hitam melalui toko retail maupun kerja sama dengan toko-toko piringan hitam di seluruh Indonesia bahkan di dunia seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris.
Mesin yang dimiliki PHR Pressing memiliki sistem semi-otomatis sehingga dapat mencetak setiap piringan hitam dalam hitungan 30 detik dan menggunakan sistem tanpa uap. Mesin yang dikembangkan perusahaan M-Tech Engineering (Hong Kong) dan MCS Sironi (Italia) ini dapat memproduksi 30 ribu keping vinyl per bulan.
Salah satu kendala di PHR Pressing adalah dari sisi teknis. Kerka Elevasi Mandiri harus mempelajari dari awal bagaimana proses mesin tersebut bekerja dan mempelajari alur produksi dari awal hingga akhir. Pasalnya, piringan hitam adalah rilisan fisik yang sangat sensitif. Debu yang menempel pada permukaan mesin saat produksi dapat menurunkan kualitas produksi piringan hitam tersebut. Mereka pun harus mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin timbul setelah produksi.
Menurut Clement, pabrik piringan hitam merupakan investasi jangka panjang lantaran terbilang baru. “Maka dari itu, keuntungan mungkin dapat dirasakan paling tidak 5 tahun sejak operasi,” kata dia.
Untuk produksi 400 black vinyl dengan berat 180 gram, PHR Pressing membanderol satu keping dengan harga Rp 160 ribu. Harga tersebut belum termasuk cetak cover. Total waktu produksi mencapai 2 bulan untuk tiap pemesanan.
Pilihan Editor: Mengenal Piringan Hitam Berwarna, Mengapa Banyak Diminati Kolektor?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.