Menanggapi keluhan itu, Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin menjelaskan hal itu terjadi mirip seperti jika memesan tiket penerbangan di berbagai maskapai. Menurut dia, di maskapai misalnya ada penumpang yang melepaskan tiketnya atau melakukan pembatalan, kuota tiket yang tadinya tidak tersedia menjadi available.
“Jadi itu sebenarnya logikanya seperti itu sih. Mungkin ketika dia pesan saat itu memang sudah penuh tapi ketika misalnya dia mau reschedule tiba-tiba available itu mungkin saja ada penumpang yang meng-cancel, misalnya itu,” ujar Shelvy.
Selain itu, dia melanjutkan, hal itu juga tergantung pada jadwal kapal yang akan dioperasikan oleh Balai Pengelola Transportasi Daerah atau BPTD. Sehlvy mencontohkan, misalnya ternyata BPTD menjadwalkan kapal yang lebih besar karena adanya kepadatan penumpang.
“Kapasitasnya akhirnya bertambah dan akhirnya kuota bertambah lagi, bisa juga seperti itu,” tutur dia.
Adapun mengenai biaya administrasi, menurut Shelvy, itu sudah merupakan ketentuan yang berlaku. Menurut dia, sama juga seperti di tiket angkutan penerbangan, di mana ketika melakukan reschedule mendekati waktu penerbangan, maka pasti akan semakin besar biaya administrasinya.
Menurut Shelvi, semua moda tranportasi ada biaya yang memang harus ditanggung apabila ingin melakukan perubahan waktu perjalanan. “Baik di kereta, pesawat, sama saja dengan di kapal feri. Mungkin karena kita sekarang baru, jadi banyak orang yang masih kaget, seperti itu saja sih,” ucap Shelvy.
Pilihan Editor: MTI: Mobil Barang Mudik Lebaran 2023 Hampir 100 Persen Kelebihan Muatan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini