TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku tak tinggal diam setelah terjadinya kebakaran Kilang Minyak Balongan, Indramayu dan Kilang Minyak Cilacap pada 2021. Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman menjelaskan pihaknya langsung mengaudit international safety rating system.
Hal itu dilakukan oleh lembaga bernama DNV yang saat itu memberikan beberapa rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti Pertamina. “Tentunya laporan tersebut (hasil audit) selesai di Desember 2021, rekomendasi tindak lanjut untuk short term-nya telah selesai di September 2022,” ujar Taufik saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa, 4 April 2023.
Beberapa fokus saat itu kebakaran kilang terjadi, kata Taufik, karena petir. Oleh karena itu perlu adanya penambahan lightning protection system atau instalasi penangkal petir di semua kilang. Mulai dari yang di Dumai sebanyak 27 titik, kemudian Sei Pakning di 3 titik, Plaju sebanyak 27 titik, Cilacap sebanyak 47 titik, Balikpapan sebanyak 23 titik, Balongan sebanyak 28 titik, dan Kasim di 10 titik.
Dia juga menggambarkan bagaimana sistem penangkal petir itu merekam kejadian 17 petir di kilang minyak Cilacap. Taufik juga memperlihatkan gambar petir yang terekam CCTV, sementara sistem counter-nya yang merekam berapa banyak petir yang muncul.
“Sudah mencatat sebesar 17 kali sambaran petir di Kilang Cilacap pada 5 Desember 2022 record-nya. Itu mungkin status upgrading yang sudah kami lakukan,” tutur Taufik.
Selain itu, mengenai kemungkinan adanya risiko overflow (bahan bakar yang mengalir keluar atau luber), Pertamina juga langsung melakukan pemasangan peralatan untuk pencegahan. Alat tersebut seperti independent high level alarm, kemudian automatic tank gaugging, motor operating valves.
Selanjutnya: Adapun automatic tank gaugging...