CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan pabrik HPAL baru ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.
Tak hanya Huayou, Ford pun belakangan juga ikut ambil bagian. Tapi belum diketahui apakah Ford juga masuk di proyek smelter Sorowako, mengingat tahun lalu perusahaan ini justru dikabarkan masuk ke proyek smelter Vale di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Masih di tahun yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif memberikan apresiasi pengelolaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako di Sulawesi Selatan. Arifin meminta Vale meningkatkan produksi olahan dari turunan nikel melalui hilirisasi agar bisa memberikan nilai tambah yang lebih optimal serta meningkatkan investasi dan juga membuka lapangan pekerjaan yang masif bagi penduduk sekitar.
Vale Indonesia diketahui sudah memiliki satu fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sorowako dengan kapasitas 70.000 ton nikel matte.
Selain proyek eksisting tersebut, Vale merencanakan pembangunan tiga smelter baru. Pertama, fasilitas pengolahan nikel reduction kiln-electric furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 ton dalam bentuk FeNi (feronikel) di Morowali, Sulawesi Tengah.
Kedua, proyek pembangunan pabrik high pressure acid leaching (HPAL) Pomalaa yang berlokasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dengan potensi kapasitas produksi mencapai 120.000 ton.
Proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian komoditas nikel terintegrasi dengan penambangan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara tersebut telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN).
Terakhir, rencana pembangunan pabrik HPAL yang merupakan proyek ekspansi smelter Sorowako dengan target kapasitas produksi sekitar 60 kiloton nikel.
Baca juga: Kecewa Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Indonesia, PHRI: Perhotelan Batal Panen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.