TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga minyak dunia melemah di rentang 63,50 hingga 68,48 per dolar AS per barel dalam perdagangan hari ini, Selasa, 21 Maret 2023. Sebelumnya dalam perdagangan Senin malam, 20 Maret 2023, harga minyak dunia berada di level 66,69 per dolar AS per barel.
“Harga minyak turun ke level terendah dalam 15 bulan pada hari Senin. Hal ini dorong oleh kekhawatiran bahwa risiko di sektor perbankan global dan potensi kenaikan suku bunga AS dapat memicu resesi yang akan melemahkan permintaan bahan bakar,” kata Ibrahim melalui keterangan tertulis, Senin malam, 20 Maret 2023.
Dalam perdagangan yang bergejolak, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei turun 87 sen, atau 1,2 persen, menjadi 72,10 per dolar AS per barel pada 1211 GMT. Kontrak minyak mentah Intermediate West Texas AS untuk April turun 85 sen, atau 1,3 persen, menjadi 65,89 per dolar AS per barel, sebelum berakhir pada hari Selasa. Kontrak berjangka Mei yang lebih aktif diperdagangkan turun 1,2 persen menjadi 66,11 dolar AS per barel.
Menurut Ibrahim, Brent dan WTI sebelumnya turun sekitar 3 dolar, mencapai posisi terendah yang terakhir tercatat pada Desember 2021, dengan WTI tenggelam di bawah 65 per dolar AS per barel. Kedua, benchmark kehilangan lebih dari 10 persen nilainya minggu lalu karena krisis perbankan semakin dalam.
Penurunan harga minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah untuk UBS, bank terbesar Swiss, membeli Credit Suisse dalam upaya menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu. Namun, saham dan obligasi perbankan terus anjlok pada Senin lalu sebagai tanda bahwa kepercayaan investor masih rapuh. Setelah kesepakatan diumumkan, The Fed, Bank Sentral Eropa dan bank sentral utama lainnya pun berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
“Fokus pasar adalah pada volatilitas sektor perbankan saat ini dan pertemuan dua hari, The Fed pada hari Rabu, dengan bank diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan relatif lebih kecil 25 basis poin. Dolar datar pada hari Senin untuk mengantisipasi pertemuan tersebut,” ujar Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 22 Maret 2023. Meskipun gejolak sektor perbankan baru-baru ini, menurut sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters. Namun, beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan sementara pengetatan kebijakan moneternya untuk saat ini. “Tetapi siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga nanti.”
Pilihan Editor: Partai Buruh Nilai Menteri Zulkifli Hasan Gagal Melindungi Pasar Domestik dari Serbuan Baju Bekas Impor
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.