Dari dalam negeri, laporan Bank Indonesia ihwal utang luar negeri atau ULN pada Januari 2023 yang tetap terkendali, ternyata tidak berdampak pada penguatan rupiah. Sebab, rupiah tetap melemah ketika posisi ULN Indonesia pada Januari tercatat senilai 404,9 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada Januari 2023 secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,1 persen year on year.
Lebih lanjut, Bank Indonesia mencatat ULN pemerintah masih berada dalam fase kontraksi. Pada bulan Januari 2023, posisi ULN pemerintah tercatat sebesar 194,3 miliar dolar AS, atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 6,8 persen year on year.
“Perkembangan ULN tersebut terutama didorong oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang makin meningkat,” ujar Ibrahim.
Ibrahim juga mengatakan, Bank Indonesia dalam pertemuan minggu ini, tanggal 16 Maret 2023 berpotensi menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Hal ini karena melihat perkembangan kondisi sektor perbankan di AS mendasari sejumlah ekonom untuk merubah pandangannya terhadap arah kebijakan The Fed. “Sejumlah ekonom mulai mempertimbangkan kemungkinan The Fed mempertahankan sukubunga acuan dalam FOMC 22 Maret 2023, dari ekspektasi sebelumnya berupa kenaikan 25 sampai 50 bps,” ujarnya.
Adapun dalam perdagangan besok, Ibrahim memprediksi rupiah dibuka berfluktuatif. Namun, kemungkinan ditutup melemah di rentang Rp 15.370 hingga Rp 15.430 per dolar AS.