TEMPO.CO, Jakarta - Rencana impor kereta rel listrik atau KRL bekas dari Jepang menuai pro kontra. Berapa perbandingan harga KRL baru dan bekas?
Manager External Relations & Corporate Image Care KAI Commuter, Leza Arlan mengatakan kebutuhan dana impor kereta bekas dari Jepang masih dihitung ulang.
“Yang jelas untuk kereta baru hampir Rp 4 T. Perbandingannya 1 : 20,” kata Leza melalui keterangan tertulis pada Tempo, Sabtu, 4 Maret 2023. Namun, dia tak menjawab saat ditanya mengenai detail dana KRL bekas dan baru tersebut.
Untuk diketahui, KAI Commuter akan melakukan pengadaan kereta bukan baru atau KRL bekas untuk menggantikan kereta yang rencananya dikonservasi mulai tahun ini. Jumlah kereta yang akan dikonservasi adalah 10 trainset (rangkaian kereta) pada 2023 dan 19 trainset pada 2024.
Sementara itu, pengamat transportasi publik dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno memperkirakan harga 1 trainset baru adalah Rp 270 miliar. Menurutnya, 1 trainset terdiri dari 12 atau 10 gerbong kereta.
“Kalau kereta bekas ini biaya impor aja, kalau nggak salah Rp 1 miliar 1 set kereta,” kata Djoko saat dihubungi Tempo, Sabtu.
Menurutnya KRL bekas itu tidak beli, tapi didatangkan saja. Djoko menilai Jepang memberikan KRL itu karena ada hubungan history dengan Indonesia.
“Dulu Rp 1 miliar-an, sekarang nggak tahu berapa,” ujar Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI tersebut.
Djoko pun memperkirakan jika 1 trainset KRL bekas terdiri dari 12 gerbong kereta, totalnya adalah Rp 24 miliar dengan asumsi 1 gerbong dihargai Rp 1 miliar. Sementara jika 1 trainset baru bisa mencapai Rp 270 miliar.
“Masih lebih murah, cuma pasang AC aja,” tutur Djoko.
Menurut dia, KRL bekas yang rencananya didatangkan Jepang itu tidak bisa langsung digunakan. Misalnya, AC kereta harus diganti karena AC tersebut dikhususkan untuk empat musim, dan terdiri dari pendingin dan pemanas.
Pilihan Editor: Rencana Impor KRL Bekas, Pengamat: Usianya Nggak Bisa Panjang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.