TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyebut usia kereta rel listrik atau KRL bekas tidak bisa panjang.
“Namanya barang bekas, ya masih bisa kita gunakan 10 sampai 15 tahun lah. Kalau kereta baru itu bisa sampai 30 tahun,” kata Djoko saat dihubungi Tempo, Sabtu, 4 Maret 2023.
Menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI tersebut, KRL bekas yang rencananya didatangkan Jepang itu tidak bisa langsung digunakan. Misalnya, air conditioner atau AC kereta harus diganti. Sebab, AC tersebut dikhususkan untuk empat musim dan terdiri dari pendingin dan pemanas.
“Nah, di kita nggak usah dikasih pemanas kan sudah panas sendiri karena dua musim. Nah, makanya semua AC-nya diganti sehingga bisa menggunakan AC Indonesia hanya untuk dingin,” ujar Djoko.
Selain itu, KRL bekas membuat suku cadang sulit untuk dicari. Oleh karenanya, dia menghimbau pemerintah harus pintar mencari lokasi suku cadang KRL bekas tersebut.
Meski begitu, dia mengatakan kebutuhan kereta sudah mepet dan PT INKA atau Industri Kereta Api memiliki kapasitas produksi yang terbatas. “Kalau posisi yang sekarang ini anggap aja masa transisi. Sekarang harus cari jalan tengah,” ujar akademisi Unika Soegijapranata tersebut.
Dia pun mengusulkan model sandwich untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Djoko, jika kebutuhan PT KCI atau Kereta Commuter Indonesia adalah 10 trainset per tahun, pengadaan KRL bekas tidak perlu sejumlah itu.
PT KCI bisa mengimpor kereta bekas 8 trainset, kemudian 2 trainset adalah KRL baru produksi PT INKA. Dengan begini, komposisi KRL baru makin bertambah.
Djoko memandang, PT INKA memerlukan waktu yang cukup untuk memproduksi KRL. Dengan model sandwich itu, PT INKA mendapat order produksi KRL baru dan kebutuhan operasi KRL PT. KCI terpenuhi. “Gitu lebih mulus kan?” tutur dia.
Pilihan Editor: Rekomendasi Menperin Soal Impor KRL Bekas: Tidak Boleh Terulang Lagi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.