TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan kelanjutan rencana pemerintah memberikan insentif untuk pembelian kendaraan listrik. Ia mengaku telah melakukan rapat koordinasi dengan kementerian terkait untuk memutuskan besaran insentif yang nanti akan diberikan.
"Saya kira sebentar lagi akan diumumkan. Harus bulan ini," tuturnya saat ditemui di kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta Pusat pada Rabu, 8 Februari 2023.
Luhut berujar besaran insentif kendaraan listrik yang diberikan akan segera diumumkan oleh Kementerian Keuangan. Adapun sebelumnya, Luhut mengaku telah melakukan rapat bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama Kementerian Keuangan. Saat itu, ia mengungkapkan pemberian insentif akan dimulai pada Februari 2023.
"Mudah-mudahan Februari awal. Sekitar Rp 7 juta ya kira-kira untuk motor listrik baru dan nanti diumumkan semua, akan diprioritaskan untuk rakyat yang sederhana,” kata Luhut di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2023.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyani mengatakan penyaluran insentif kendaraan listrik ini rencananya dilakukan Kementerian Perindustrian dengan dana dari Kementerian Keuangan. Kementerian ESDM akan bertugas dalam konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya mengatakan insentif pembelian kendaraan listrik sedang dalam tahap finalisasi terkait pendanaan.
Adapun kisaran insentif kendaraan listrik yang disiapkan pemerintah sebelumnya disampaikan, antara lain untuk pembelian mobil listrik hingga Rp 80 juta dan mobil listrik berbasis hibrida mendapat insentif sebesar Rp 40 juta.
Selain itu motor listrik mendapat insentif Rp 8 juta untuk pembelian baru, sedangkan untuk motor konversi menjadi motor listrik akan diberikan insentif sekitar Rp 5 juta. Namun belakangan, Luhut menyebut insentif untuk pembelian motor listrik baru sebesar Rp 7 juta per unit.
Namun keinginan pemerintah mendorong pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia saat ini dianggap belum sesuai dengan arah bisnis dari para pemain industri otomotif. Hal tersebut tak terlepas dari analisis terkait perusahaan otomotif di Tanah Air.
Informasi tersebut disampaikan langsung oleh analis energi Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna. Ia menjelaskan bahwa IEEFA menyoroti lima produsen, seperti Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan anak perusahaan Daihatsu.
"Rencana elektrifikasi dari pemain industri yang lamban dikombinasikan dengan dominasi pasar mereka dapat menjadi hambatan besar bagi ambisi Indonesia,” ujarnya, Selasa, 7 Februari 2023.
Putra menyebutkan, para pemain otomotif banyak menekankan pentingnya memberi pilihan kendaraan bagi konsumen, namun hampir tidak ada yang menawarkan opsi all-electric.
Konsenterasi pasar motor di Indonesia saat ini, menurut dia, lebih kuat dibangindkan dengan periode sebelumnya. Hal itu ditopang oleh dua merek ternama, yakni Honda dan Yamaha dengan penguasaan sebesar 96 persen.
Oleh karena itu, IEEFA juga memprediksi target yang ditetapkan Tanah Air sebanyak 2,2 juta mobil listrik baru akan terwujud pada 2030. Realisasi tersebut masih tertinggal di belakang sejumlah negara Asia Tenggara (ASEAN).
RIANI SANUSI PUTRI | ANTARA
Pilihan editor: Kendaraan Listrik Belum Bisa Diterapkan ke Angkutan Perintis, Ini Alasannya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.